Jakarta (Greeners) – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dalam sambutan tertulisnya di Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022 menyoroti masih banyaknya aktivitas pengelolaan sampah yang salah.
Sambutan yang Wakil Menteri LHK Alue Dohong bacakan itu menyoroti sampah merupakan salah satu sektor sumber emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini berbahaya bagi kerusakan atmosfer dan memberikan dampak buruk bagi kehidupan.
“Masih ada aktivitas pengelolaan sampah yang salah, seperti pembakaran terbuka, pembuangan sampah sembarangan. Lalu kurang maksimalnya pengelolaan sampah seperti tidak adanya pemanfaatan gas metana di TPA dan daur ulang sampah kertas yang masih minim,” katanya dalam Puncak Peringatan Pers Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2022 secara virtual, Senin (21/2).
Lebih jauh ia menyebut, penanganan sampah merupakan persoalan serius yang harus mendapat perhatian dari multidimensi. Penanganan sampah bisa dilakukan dalam kelompok kecil. Mulai dari RT, RW dan lingkungan perdukuhan hingga kelurahan. Bahkan yang lebih luas lagi dalam satu entitas lingkungan.
Dalam konteks lebih luas lagi, sampah menjadi salah satu sumber emisi GRK yang mampu menyebabkan perubahan iklim.
“Kita pahami bahwa perubahan iklim telah menjadi perhatian bangsa-bangsa di dunia dan merupakan persoalan yang sangat serius. Isu perubahan iklim menjadi trigger utama di negara di dunia untuk mengkonsolidasikan pembangunan dengan konsep ramah lingkungan atau rendah emisi,” papar dia.
HPSN 2022 Dorong Target Pengurangan Emisi dari Sampah
Dalam upaya memenuhi Paris Agreement yang merupakan Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCCC), Indonesia memiliki tanggung jawab dalam komitmennya melalui dokumen Nationally Determinde Contribution (NDC). Wujudnya dengan penetapan target penurunan efek emisi GRK sebesar 29 % pada tahun 2030.
Dalam hal ini, ia menyebut kontribusi aksi nyata dalam perubahan iklim terwujud dalam pelaksanaan program kampung iklim (proklim) pada masyarakat tapak. Kegiatan-kegiatan yang warga masyarakat lakukan di lokasi proklim bisa menjadi contoh nyata pelaksanaan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
“Ini sekaligus memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta pengurangan bencana akibat perubahan iklim,” imbuhnya.
Peringatan HPSN tahun 2022 harus menjadi milestone untuk bergerak bersama. Sejalan dengan itu menjadikan masyarakat lebih produktif membangun pengelolaan sampah melalui beberapa kegiatan.
Pertama, meningkatkan kesadaran dan kepedulian seluruh stakeholder terhadap pemilahan sampah. Kedua, memperkuat komitmen untuk melaksanakan aksi lokal adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan.
Ketiga, memperkuat aksi mitigasi dari sektor limbah untuk mendukung pencapaian target NDC. Keempat, memperkuat peran pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang komprehensif untuk memperkuat aksi nyata pengendalian perubahan iklim di tingkat tapak.
Kelima, memperluas upaya kerja dengan inovasi, dalam upaya penanganan sampah untuk kesejahteraan manusia dan untuk penyelamatan alam.
Babak Baru Pengelolaan Sampah di Indonesia
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah Bahan Berbahaya Beracun KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, mengusung tema “Kelola Sampah, Kurangi Emisi dan Bangun Proklim”, HPSN 2022 menjadi babak baru dalam pengelolaan sampah di Indonesia.
Hal ini menyusul upaya KLHK untuk mengusung tiga kegiatan dalam satu program dalam kelembagaan kepedulian sampah di tengah masyarakat dengan perspektif iklim, pengelolaan sampah dan perhutanan sosial.
Peringatan HPSN tahun 2022 juga KLHK tandai dengan pendampingan empat lokasi proklim di Kabupaten Gianyar, Bali. Empat lokasi proklim tersebut nantinya akan menjadi pilot project bagi 3.270 kampung iklim lainnya di seluruh Indonesia.
“Dari empat desa yang mengikuti pendampingan proklim, terlihat adanya kegiatan pengelolaan sampah yang cukup baik. Bentuknya dengan adanya bank sampah, TPS 3R, kegiatan pengomposan yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar,” paparnya.
Melalui kegiatan pengelolaan sampah di empat lokasi tersebut, sambung Vivien dapat dihitung potensi pengurangan emisi GRK yaitu sebesar 1.262 giga gram CO2 e pada tahun 2030. Selanjutnya, diharapkan potensi pengurangan emisi GRK juga nantinya akan meningkat dua kali lipat lebih besar 277 giga gram CO2 e.
“Hal ini termasuk impresif sebab dengan jumlah penduduk yang sedikit, ke empat desa ini dapat memberikan kontribusi nyata pada pengurangan GRK dari sub sektor sampah,” ucap Vivien.
Sementara itu perwakilan Proklim Lestari Desa Mukti Jaya, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau Alkahfi Sutikno menyatakan tantangan lahan pangan di masyarakat imbas abrasi menyebabkan menurunnya kesejahteraan masyarakat.
Berbagai upaya masyarakat lakukan untuk memanfaatkan sampah organik dan anorganik. “Misalnya kami memanfaatkan sampah anorganik untuk media tanam polybag dan pot. Sedangkan sampah organik kami jadikan pupuk,” ungkapnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin