Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan satu dari sekian potensi kawasan hutan Indonesia. HHBK berperan signifikan dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat serta menjaga kelestarian hutan. Untuk mengoptimalkan HHBK butuh terobosan dan langkah strategis berkelanjutan.
Jakarta (Greeners) – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, menyebut apresiasi terhadap HHBK dari luar negeri semakin besar. Merujuk data Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sekitar 40-50 kelompok tani sudah mengekspor HHBK.
Dia menyebut HHBK merupakan salah satu arus utama dalam pengelolaan hutan. Pihaknya bertekad untuk mendorong HHBK dalam meningkatkan produktivitas ekspor Indonesia.
“Kita bertekad memahami dan membangun untuk memperkuat langkah produktif HHBK semakin meningkatkan ekspor kita. HHBK sudah mulai masuk sebagai mainstream atau arus utama. Kita melihat ini sebagai peluang yang sangat baik. Ini kesempatan terbaik kita,” ujar Siti dalam Bimbingan Teknis & Pelatihan Peningkatan Kapasitas Masyarakat di Dalam Kawasan Hutan, Kamis, (25/2/2021).
Produksi HHBK Tahun 2020 Capai 558 Ribu Ton
Lebih jauh, Siti menjelaskan pemanfaatan HHBK bisa mengoptimalkan kegiatan multi usaha kehutanan. Hal tersebut telah tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan. Dia meminta semua pihak harus bersinergi untuk memperkuat mengoptimalkan potensi HHBK.
Dia menuturkan banyak sekali komoditas HHBK yang potensial seperti kayu putih, kopi, getah, bambu, jagung, rumput gajah gula aren, gamal, rotan, aren, cengkeh, damar, gaharu, kulit kayu, kemenyan, kemiri, kenari, madu, sagu dan lain-lain. Potensi HHBK, lanjut dia, sebesar 66 juta ton.
Untuk tahun 2020, produksi HHBK baru mencapai 558 ribu ton dengan total Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp4,2 miliar. Adapun tiga jenis HHBK dengan produksi tertinggi berasal dari HHBK kelompok getah yaitu 126 ribu ton, biji-bijian 114 ribu ton, dan daun akar sebesar 63 ribu ton.
“Di media sosial, porang juga menjadi potensi yang mulai digali dan dikejar sebab harga tepungnya yang mahal,” tutupnya.
Baca juga: World Wildlife Day 2021: Hutan, Mata Pencaharian, dan Keberlanjutan
KLHK Latih Masyarakat Demi Tingkatkan Produktivitas HHBK
Plt. Direktur Jenderal PSKL, KLHK, Bambang Hendroyono menyampaikan pihaknya sudah mengalokasikan anggaran untuk peningkatan produktivitas HHBK. Pihaknya mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,4 miliar untuk Bimbingan Teknis (Bimtek) dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas masyarakat.
Dia menjelaskan terdapat 7 jenis kegiatan bimtek dan pelatihan di 68 Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Badan Pengelolaan Hutan Produksi (BPHP). Adapun peserta dalam Bimtek dan Pelatihan tersebut sebanyak 1.830 orang. yang 768 berprofesi sebagai petani.
“Bimtek dan pelatihan juga diikuti petani sebanyak 768 orang. HHBK didorong terus juga di tempat lain ada kopi dan HHBK lain yang terlihat hasilnya. Mereka (masyarakat) harus kita jaga dan diberi bimbingan dan pelatihan,” tutupnya.
Penulis: Muhamad Ma’rup