Jakarta (Greeners) – Indonesia akan menjadikan momentum hasil pertemuan United Nations Environment Assembly (UNEA-2) sebagai penguatan dalam mempercepat tercapainya target-target tujuan pembangunan berkelanjutan tentang pelaksanaan Sustainable Development Goals (SDGs).
Arief Yuwono, Staf Ahli Menteri Bidang Energi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mengatakan bahwa Indonesia memandang UNEA sebagai forum penting dalam mengatasi isu lingkungan global dimana Indonesia akan fokus pada isu bahan kimia dan limbah, sampah plastik laut dan microplastics, pengelolaan terumbu karang yang berkelanjutan, perubahan iklim, konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan perdagangan satwa liar ilegal.
“UNEA-2 adalah program lingkungan sedangkan porsi program lingkungan 60 persennya ada di dalam SDGs, maka dari itu kepentingan kita tinggi sekali. Pada saat kita dorong masalah-masalah lingkungan ke perubahan iklim, pasti akan masuk ke SDGs. Dengan kata lain, kalau kita ngomong masalah lingkungan, itu kan berarti penentu di dalam SDGs,” katanya kepada Greeners, Jakarta, Kamis (02/06).
BACA JUGA: UNEA-2 Dukung Manajemen Terumbu Karang Berkelanjutan Bagi Indonesia
Arief meyakini bahwa efektivitas dalam menangani isu-isu lingkungan juga tidak akan bisa terlepas dari sejumlah faktor penting, seperti dukungan dan komitmen yang kuat dari para pemimpin politik, kolaborasi dan kemitraan multilayer, tata pemerintahan yang baik, pendekatan yang tepat melalui promosi kebijakan berbasis ilmu pengetahuan, dan ketersediaan teknologi serta pengerahan sumber daya yang ada.
“Hasil UNEA-2 ini juga bisa berfungsi sebagai review, pengawas dan menjadi pengawal kebijakan agar berjalan dengan baik serta bisa menjadi upaya konkret dan dapat direalisasikan untuk memenuhi komitmen Indonesia pada SDG’s 2030 yang berhubungan dengan masalah lingkungan,” ujarnya.
UNEA-2 adalah pertemuan tingkat internasional tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan di taraf Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pertemuan ini dilakukan pada tanggal 23-27 Mei 2016 di Nairobi, Kenya. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya turut hadir dalam pertemuan ini.
Beberapa keuntungan UNEA-2 bagi Indonesia antara lain menjamin tercapainya pembangunan nasional berdasarkan SDG dalam lingkup lingkungan; memperkuat kerjasama nasional, bilateral, regional dan global pada isu-isu lingkungan yang krusial; penguatan solusi untuk mengatasi masalah limbah plastik di lautan dan microplastic, penguatan solusi manajemen terumbu karang berkelanjutan, penguatan solusi untuk mengatasi perdagangan ilegal satwa liar dan produk-produknya, penjajakan pendirian Badan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) Indonesia, penjajagan pendirian UNEP Indonesia.
BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Perpres Pelaksanaan SDGs
Terkait SDGs, Pemerintah Indonesia saat ini tengah menyiapkan rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang pelaksanaan SDGs. Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden Eko Sulistyo sempat menyatakan, rencana penerbitan Perpres pelaksanaan SDGs ini adalah langkah strategis untuk menunjukkan bahwa ada pemimpin nasional yang akan memimpin langsung agenda global SDGs di Indonesia.
“Tantangan SDGs saat ini adalah menuntaskan target yang gagal dicapai pada tujuan pembangunan milenium atau millenium development goals (MDGs) terdahulu. Indonesia gagal menjalankan 19 dari 67 indikator karena penerapan MDGs terlambat sekitar delapan sampai 10 tahun,” kata Eko di Jakarta pada Rabu (26/05) lalu.
Melalui Perpres ini, pemerintah akan membentuk tim koordinasi nasional untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Tim tersebut akan terdiri dari tim pengarah, tim pelaksana, serta kelompok kerja dan dewan pakar.
Penulis: Danny Kosasih