Jakarta (Greeners) – Perayaan Lebaran 2023 bertepatan dengan peringatan Hari Bumi tak sekadar menjadi momentum saling memaafkan dan memperbaiki tali silaturahmi. Akan tetapi turut menjadi peringatan untuk meningkatkan kepedulian dan memperbaiki tali kebaikan investasi hijau untuk kelestarian bumi.
Mengusung tema “Invest in Our Planet”, tema Hari Bumi tahun ini yang jatuh pada 22 April menekankan masa depan bumi ditentukan oleh investasi manusia untuk mengambil tindakan terhadap krisis iklim.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Bambang Hero Saharjo mengatakan, semangat Lebaran hendaknya menjadi modal menyelamatkan bumi.
“Karena puasa dan tradisi Lebaran telah melatih untuk mengurangi jauh niat buruk untuk kemaslahatan manusia,” katanya kepada Greeners, baru-baru ini.
Kerusakan lingkungan telah berdampak nyata pada perubahan iklim. Dalam laporan UNEP tahun lalu juga menyebutkan bahwa extreme fire justru akan meningkat 14 % pada tahun 2030. Selanjutnya akan meningkat 30 % pada tahun 2050 dan meningkat 50 % pada tahun 2100.
Bambang menyebut harusnya laporan tersebut menjadi perhatian serius untuk mencari solusi terbaiknya.
“Karena apa yang selama ini kita nafikan tentang perubahan iklim, terbukti terjadi. Bumi ini hanya satu dan kita miliki bersama, maka harus sama-sama kita pelihara dan jaga. Bila tidak maka tinggal menunggu imbasnya,” tegasnya.
Peningkatan Energi Jelang Lebaran
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safruddin menyatakan, pemudik jelang Lebaran tahun 2023 perkiraannya mencapai 123,8 juta jiwa berpotensi memicu emisi karbon sehingga mencemari lingkungan.
Ia menyebut perayaan Lebaran 2023 berpotensi meningkatkan penggunaan energi sektor transportasi sebesar 10 %.
Sektor energi lain yang juga mengalami peningkatan selama Lebaran yakni energi dapur. Puput panggilan akrabnya juga menyebut adanya peningkatan potensi energi dapur mencapai 10,2 %.
“Ini terlihat dari kebutuhan LPG misalnya diprediksi naik menjadi 38.575 KLOE per hari dari rata-rata saat ini mencapai 35.005 KLOE per hari,” kata dia.
Puput juga menyorot potensi gemerlap penunjang kemeriahan seperti petasan dan kembang api yang bisa mencapai 100 %. “Praktis hal ini memberikan dampak pemborosan energi dan juga beban emisi GRK (CO2) maupun emisi pencemaran udara seperti SOx, O3, PM10 dan PM2.5,” jelas dia.
Ia menambahkan, saat ini kita membutuhkan jalan panjang untuk membangun kesadaran masyarakat membangun Lebaran dengan efisiensi energi.
Lebaran Minim Sampah di Hari Bumi
Rangkaian Lebaran juga memicu menggunungnya timbulan sampah. Dalam rentang dua minggu masa mudik Lebaran diperkirakan akan menghasilkan sampah sebanyak 49.520 ton dari sekitar 123,8 juta jiwa pemudik. Timbulan sampah tersebut berasal dari sisa makanan, sampah plastik kemasan makanan dan minuman di tiap titik pemberhentian atau sepanjang jalur mudik.
Dirjen Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, KLHK terus mendorong masyarakat untuk mengelola sampahnya terlepas dari peringatan Hari Bumi.
“Sehingga harapannya dengan Hari Bumi ini juga mengingatkan kita semua untuk menjaga agar sampahnya dapat terkelola,” kata Vivien.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin