Bandung (Greeners) – Keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membatalkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air merupakan kemenangan besar bangsa Indonesia dalam melawan imperialisme dan penguasaan hak atas air di bumi Nusantara.
Pada perayaan Hari Bumi 2015 dan bertepatan dengan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) mengungkapkan bahwa kemenangan bangsa ini harus menjadi pijakan untuk memastikan air sebagai hak asasi manusia dan pemerintah harus bisa membangun sistem tata kelola air yang lebih adil dan memihak kepada rakyat.
Taufan Suranto, Ketua Panitia pelaksanaan Hari Bumi “Keep Water Public” yang juga anggota DPKLTS, menyatakan, privatisasi air seharusnya menjadi isu penting dalam pembahasan KAA karena bagi Asia dan Afrika, peristiwa yang terjadi di Indonesia setidaknya bisa menjadi inspirasi dalam melawan penjajahan air oleh korporat.
“Pesan ini patut untuk disebarluaskan ke seluruh dunia termasuk negara peserta Konferensi Asia Afrika,” ujar Taufan saat berbincang ringan dengan Greeners di Hutan Kota Babakan Siliwangi, Bandung, Rabu (22/04).
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Barat pun memiliki pandangan serupa. Menurut Dwi Sawung, perwakilan dari Walhi Jawa Barat, momentum Hari Bumi dan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika Ke-60 di Kota Bandung sudah seharusnya menjadi ruang strategis bagi publik untuk menyuarakan semangat bumi kepada dunia, agar gelora perjuangan bangsa Asia-Afrika khususnya dalam memperjuangkan hak atas air bisa terdengar dan menjadi inspirasi dalam melawan imperialisme pengelolaan sumber daya air.
Sebagai informasi, dalam perayaan Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April di seluruh dunia, Koalisi Masyarakat Bandung atau Bandung People Forum melakukan orasi dan testimoni dari tokoh masyarakat dan warga yang terlibat dengan permasalahan air bersih.
Selain itu, mereka juga menggelar aksi budaya, seperti melukis 200 kendi oleh Rahmat Jabaril dan Gerbong Bawah Tanah, melakukan prosesi kearifan lokal, dan diakhiri dengan arak-arakan Hari Bumi dari hutan kota Babakan Siliwangi menuju kantor Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan Balaikota Bandung.
Penulis: Danny Kosasih