Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sejak Senin (08/09) dini hari, telah terjadi 83 kali gempa dan 13 kali lontaran lava pijar dengan radius ketinggian 100 hingga 400 meter dari puncak Gunung Slamet, Jawa Tengah. Meski begitu, kondisi Gunung Slamet masih dalam status siaga.
Menurut keterangan dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, untuk saat ini sudah terdengar setidaknya 23 kali suara dentuman dan 17 kali suara gemuruh akibat aktivitas Gunung Slamet.
“Sinar api dan lontaran lava pijar masih dapat terlihat dengan jelas pada malam hari, namun lava atau material pijar yang dilontarkan Gunung Slamet hingga saat ini masih jatuh di dalam kawahnya,” ujar Sutopo saat dihubungi Greeners melalui sambungan telepon, Jakarta, Senin (08/09).
Sutopo menambahkan bahwa aktivitas gempa tremor yang terekam oleh alat seismograf merupakan pelepasan gas atau aliran fluida yang berada di puncak gunung. Meskipun begitu,dia memperkirakan bahwa tipe letusan Gunung Slamet merupakan erupsi dalam tingkat rendah atau strombolin, dan gejalanya sudah di permukaan yang ditunjukkan dengan adanya sinar api dan lontaran lava pijar.
“Indikator tipe letusan strombolian itu kan tidak adanya akumulasi tekanan, artinya sudah ada pelepasan gas di Gunung Slamet,” katanya.
Untuk masyarakat sendiri, lanjut Sutopo, masih dalam peringatan untuk tidak mendekati wilayah Gunung Slamet dalam radius 4 Kilometer. Sedangkan di luar radius itu, Sutopo meminta kepada masyarakat agar tidak panik dan tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Seperti diketahui, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Slamet dari Waspada menjadi Siaga atau level III. Dikutip dari laman resmi PVMBG, Gunung Slamet adalah gunung api strato berbentuk kerucut dengan ketinggian 3.432 meter di atas permukaan laut. Gunung tersebut berbatasan dengan lima daerah, yaitu Kabupaten Pemalang, Tegal, Banyumas, Brebes, dan Purbalingga.
(G09)