Lumajang (Greeners) – Indonesia sedang dalam keadaan darurat sampah. Setidaknya begitulah yang ditunjukkan oleh hasil surve timbulan sampah yang dilakukan oleh komunitas Sapu Gunung bersama dengan komunitas dan mahasiswa pecinta alam serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Koordinator Sapu Gunung Indonesia Syaiful Rochman mengatakan, dari 15 lokasi wisata gunung dan Taman Nasional Gunung yang berhasil di survei, delapan destinasi yang datanya telah terkumpul menunjukkan bahwa gunung-gunung di Indonesia tengah berada dalam keadaan darurat sampah dan harus segera mendapatkan perhatian.
Delapan dari 15 kawasan wisata gunung dan Taman Nasional yang telah disurvei tersebut, terusnya, terdapat sekitar 453 ton sampah yang dihasilkan oleh sekitar 150.688 pendaki setiap tahunnya atau sama dengan sekitar tiga kilogram perorang sampah yang mereka hasilkan. Sedangkan dari 453 ton sampah tersebut, 250 tonnya adalah sampah plastik yang tidak bisa terurai.
“Survei ini dilakukan pada 11 sampai 24 April 2016. Karena hasil yang mengejutkan ini, Sapu Gunung Indonesia bekerjasama dengan beberapa komunitas pecinta alam dan masyarakat mencoba mencari jalan keluar agar timbulan sampah di gunung ini bisa ditanggulangi,” tuturnya saatnya menyampaikan sambutan pada peresmian Jambore Sapu Gunung di Desa Ranu Pane, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (30/04).
Direktur Jendral Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) KLHK, Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan bahwa Indonesia memiliki 50 Taman Nasional yang beberapa di antaranya memang masuk dalam skala prioritas untuk dikembangkan. Namun untuk pengelolaan dan penanggulangan permasalahan sampahnya, tetap akan berlaku bagi seluruh Taman Nasional.
“Untuk mengatasi darurat sampah ini sendiri kita akan mulai mengajak seluruh pengelola Taman Nasional untuk mulai bekerjasama dengan berbagai pihak agar pengelolaan sampahnya berjalan dengan baik. Selain itu, kesadaran dan kepedulian masyarakat juga tetap harus kita bina bersama,” tambahnya.
Nantinya juga, kata Tuti, KLHK akan melakukan pendampingan dan pelatihan khusus kepada petugas Taman Nasional tentang bagaimana memilah sampah dan mengelolanya dengan baik. Seperti misalnya menjadikan sampah organik menjadi pupuk kompos atau menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi dari sampah yang bisa didaur ulang.
Desa Ranu Pane yang menjadi sebagai lokasi peresmian Jambore Sapu Gunung, menurut As’at Malik, Bupati Kabupaten Lumajang, untuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, pengelolaan sampah khususnya plastik masih sangat buruk karena memang sampah-sampah di Ranu Pane masih dikirim ke Lumajang.
“Namun ke depan untuk pengelolaan sampah plastik, nanti alatnya yang akan kita bawa ke sini. Untuk bank sampahnya di sini sebetulnya sudah ada sejak beberapa waktu lalu, hanya memang belum dijalankan. Makanya kita juga butuh pendampingan dari Kecamatan untuk mengedukasi masyarakat,” katanya.
Penulis: Danny Kosasih