Jakarta (Greeners) – Sejumlah gunung yang menjadi tujuan favorit pendakian belum luput dari kepungan sampah. Selain mengurangi keindahan panoramanya, cemaran sampah ini mencerminkan belum optimalnya kepedulian lingkungan para pendaki.
Meningkatnya antusiasme pendakian menyebabkan banyak orang melakukan perjalanan ke gunung dan cenderung meninggalkan banyak sampah.
Sebuah video yang beredar baru-baru ini menunjukkan sampah berserakan di Gunung Everest, Nepal. Sampah yang para pendaki tinggalkan menumpuk menjadi lautan sampah, merusak lingkungan, dan menurunkan esensi keindahan gunung.
Di Indonesia tahun 2017 Trashbag Community berhasil mengumpulkan sampah di 17 titik gunung di Indonesia sebanyak empat ton. Lalu di tahun 2019 sebanyak 400 kilogram sampah plastik mereka temukan di Gunung Ijen, Jawa Timur.
Menurut Ketua Sahabat Volunteer Semeru, Sukaryo atau yang akrab disapa Cak Yo, hal itu terjadi karena nilai-nilai yang melekat pada pendakian sudah mulai memudar.
“Mereka tidak bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan selama pendakian dan masih bertanggung jawab terhadap keselamatan diri saja,” kata Cak Yo kepada Greeners, Selasa (6/6).
Ia juga menambahkan, hampir semua gunung di Indonesia belum luput dari sampah seperti Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat dan Gede Pangrango, Jawa Barat. Kecuali beberapa gunung yang sudah menerapkan sistem pendakian yang jelas, benar, dan konsisten.
Sampah Plastik di Gunung Pendakian
Melansir ppid.menlhk.go.id, data hasil survei pada delapan destinasi kawasan gunung tahun 2016 menunjukkan 453 ton sampah dihasilkan oleh 150.688 orang pengunjung. Sebanyak 53 % (250 ton lebih) merupakan sampah plastik yang sangat sulit terurai dan berpotensi mencemari ekosistem taman nasional.
Berdasarkan pengamatan Cak Yo, jenis sampah yang ditemukan di gunung cukup beragam. Sampai saat ini, masih banyak pendaki yang meninggalkan sampah organik dan non organik.
Tetapi, sampah yang ditinggal masih didominasi oleh sampah plastik seperti botol air kemasan dan plastik makanan ringan. Kemudian, jenis sampah kaleng makanan, tisu, dan puntung rokok.
Padahal menurutnya, sebelum pendakian mereka sudah ditegaskan untuk mengikuti aturan yang ada. Selain itu, pengelola juga menjelaskan agar pendaki tidak melakukan hal-hal yang dilarang.
Benahi Sistem Pendakian
Menurut Cak Yo, peristiwa yang merugikan lingkungan ini tidak bisa dibiarkan. Oleh karena itu, perlu segera membenahi sistem pendakian.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah pendakian yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan keselamatan.
Lalu membangun sinergitas antara pengelola, pemerintah, masyarakat, hingga NGO dalam atasi hal ini. Kemudian, tak kalah penting melakukan edukasi secara konsisten untuk membangun kesadaran bagi orang yang ingin melakukan pendakian gunung.
Penulis : Dini Jembar Wardani
Editor : Ari Rikin