Jakarta (Greeners) – #Gerakan2020 yang diinisiasi oleh para peserta Ekspedisi Sumba 2015 telah resmi diluncurkan. Bertempat di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan, keempat peserta yang telah melakukan perjalanan ke Pulau Sumba akhirnya mulai melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai apa yang mereka pelajari di Sumba.
Selama sepuluh hari, keempat peserta Ekspedisi Sumba tersebut mempelajari dan mengkampanyekan pemanfaatan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos, organisasi internasional pembangunan nirlaba non-pemerintah internasional.
Dea Sihotang, salah satu peserta asal Jakarta, menjelaskan bahwa #Gerakan2020 adalah gerakan mandiri yang dilakukan oleh para peserta Ekspedisi Sumba dengan cara menggalang dukungan publik untuk penyediaan fasilitas energi terbarukan bagi masyarakat Sumba.
“#Gerakan2020 energi terbarukan untuk Sumba ini adalah misi kami untuk mengajak masyarakat untuk turut berpartisipasi langsung mewujudkan Sumba Iconic Island, 100 persen energi terbarukan untuk Pulau Sumba di tahun 2020 nanti,” jelasnya saat peluncuran #gerakan2020 di Erasmus Huis, Jakarta, Kamis (15/10) malam.
Saepul Hamdi, salah satu peserta dari Bandung, menerangkan bahwa penggalangan dukungan berupa dana yang diberikan oleh masyarakat, nantinya akan digunakan untuk pembangunan panel surya. Panel surya ini untuk menyuplai aliran listrik yang akan membantu kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Inpres (SDI) Prailangina di Dusun Prailangina, Desa Kadahang, Sumba Timur.
“Saya selalu tersentuh dengan semangat adik-adik di Sumba. Kemauan mereka untuk belajar sangat tinggi sekali. Dengan dibangunnya panel surya ini diharapkan dapat mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu, panel surya ini juga dapat membantu penerangan di rumah murid-murid dengan menggunakan lampu isi ulang. Karena, penerangan di malam hari sungguh merupakan hal yang sangat mewah bagi masyarakat Sumba,” terang pemuda yang akrab disapa Epul ini.
Griksa Gunadharma, salah satu peserta dari Jakarta, menyatakan bahwa #Gerakan2020 akan dilakukan dalam beberapa cara, seperti sosialisasi dengan konsep “Normal” (nonton bareng sambil beramal) yang akan dilakukan di Jakarta dan Bandung, dan konsep Run for Sumba yang akan dilakukan di Jakarta dan Belanda.
“Target kami, hingga 30 November 2015, sudah terkumpul seluruh dananya,” tambah Griksa.
Senada dengan Griksa, Novianus Efrat, salah satu peserta asal Bogor, juga memberitahukan bahwa seluruh informasi terkait #Gerakan2020 sudah dapat dilihat di kanal kitabisa.com/gerakan2020. Di dalam kanal tersebut, kata pria yang akrab disapa Efrat ini, masyarakat bisa melihat latar belakang, rencana penggunaan, dan kegiatan yang akan dilakukan dalam melakukan kampanye ini.
Sandra Winarsa selaku Project Manager Green Energy (Sumba), Hivos Southeast Asia menyatakan dipilihnya Pulau Sumba sebagai percontohan karena pulau ini memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Dengan adanya energi terbarukan, diharapkan dapat memperkecil tingkat kemiskinan tersebut dan mampu mendorong terjadinya pembangunan yang berkelanjutan.
“Pulau Sumba memiliki kondisi alam yang menyediakan segala kebutuhan energi terbarukan. Ironisnya, energi yang melimpah itu masih belum bisa dimaksimalkan sehingga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan, pendidikan dan produktivitas masayarkat,” tutur Sandra.
Sebagai informasi, Ekspedisi Sumba 2015 adalah ekspedisi untuk mengkampanyekan perubahan iklim dan energi terbarukan yang dikembangkan oleh Hivos. Selain keempat peserta dari Indonesia, ada juga empat peserta dari Belanda yang tergabung dalam tim ekspedisi ini. Mereka adalah Guido, Franka, Joyce dan Sylvia.
Penulis: Danny Kosasih