Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 13 orang meninggal, puluhan luka-luka dan ratusan warga lainnya mengungsi pascaerupsi Semeru, Sabtu (4/12) sore. Erupsi yang kemudian diikuti hujan deras membawa material lahar ke sejumlah desa terdampak.
Kepala BNPB Suharyanto, Panglima TNI, Gubernur Jawa Timur pun sudah tiba di lokasi bencana. Mereka memastikan proses penanganan korban bencana dalam masa tanggap darurat bencana erupsi Semeru.
“Kami datang untuk memastikan tahap-tahap penanganan darurat, khususnya penanganan pengungsi ini bisa berjalan secara tepat dan cepat. Dan tentunya kebutuhan dasar dari pengungsi ini akan kami yakinkan untuk dapat terfasilitasi secara optimal,” kata Suharyanto dalam keterangan di Jakarta, Minggu (5/12).
BNPB pun telah memberikan bantuan dengan total senilai Rp 1,14 miliar dalam masa tanggap darurat ini. Bantuan tersebut yakni makanan siap saji 1.374 paket, lauk pauk 1.377 paket, selimut 2.000 lembar, matras 900 lembar, masker KF 94 20.000 pcs, serta 2 unit tenda pengungsi.
“BNPB terlebih dahulu sudah mengirimkan tim reaksi cepat untuk mendampingi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang dan BPBD Provinsi Jawa Timur via darat dengan membawa logistik,” jelasnya.
Kejadian bencana awan panas guguran Gunung Semeru telah berdampak di enam desa yang berada di dua kecamatan di Kabupaten Lumajang. Sebaran abu vulkanik juga telah berdampak di 11 desa/kelurahan di sembilan kecamatan.
“Kami meminta masyarakat untuk tetap tenang, waspada dan terus mengikuti informasi resmi dari pemerintah, PVMBG, BNPB, BPBD maupun pemerintah daerah dan tidak terpicu isu yang tidak benar,” paparnya.
13 Orang Meninggal dan 41 Orang Luka-Luka Akibat Erupsi Semeru
Berdasarkan informasi terakhir pada Minggu (5/12) pukul 09.20 WIB, sudah ada 13 orang meninggal dunia akibat peristiwa tersebut. Adapun yang baru teridentifikasi dua orang berasal dari Curah Kobokan dan Kubuan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.
Kemudian sebanyak 41 orang yang mengalami luka-luka, khususnya luka bakar, Para korban telah mendapat penanganan awal di Puskesmas Penanggal. Selanjutnya mereka mendapat rujukan ke RSUD Haryoto dan RS Bhayangkara.
Sedangkan warga luka lainnya mendapat penanganan dari beberapa fasilitas kesehatan. Tim gabungan juga berhasil melakukan evakuasi warga yang tadi malam terjebak di kantor pemilik tambang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) melaporkan telah mengirim bantuan logistik, peralatan dan mobil operasional. Sementara Dinas Kesehatan dan Pusat Krisis Kesehatan Provinsi Jatim mengirimkan bantuan dukungan alat kesehatan bagi petugas.
Satgas PMI erupsi Gunung Semeru juga mengirimkan bantuan berupa hygiene kit 200 box, terpal 50 lembar, selimut 200 lembar, matras 100 unit, masker bedah 50.000 lembar dan lain sebagainya.
Pascaerupsi Semeru, Perkuat Sistem Peringatan Dini
Koordinator Sahabat Volunteer Semeru (Saver) Cakyo mengatakan, pihaknya akan mengirimkan relawan. Selain itu Saver akan menggalang dana bantuan yang akan mereka berikan ke masyarakat yang terdampak erupsi Gunung Semeru.
“Kita rencana juga akan mengirimkan relawan dan kita juga sedang penggalangan dana. Untuk jangka pendek kita bagikan ke masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Kemudian jangka menengahnya untuk rehabilitasi rumah-rumah dan fasilitas umum yang rusak. Jangka panjangnya kita mengadakan kegiatan pelatihan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana di kemudian hari,” kata Cakyo kepada Greeners, Minggu (5/12).
Ia menambahkan, warga terdampak erupsi Semeru saat ini mengungsi di sejumlah lokasi seperti balai desa. Pendataan juga tengah dilakukan pada korban dan warga pengungsi.
Pascaerupsi tersebut, Saver juga akan mengambil sejumlah langkah seperti melakukan evakuasi. Saver juga akan memperkuat sistem peringatan dini bagi masyarakat karena kejadian erupsi Gunung Semeru bisa terjadi kembali pada masa mendatang. Gunung Semeru merupakan salah satu gunung tertinggi di Indonesia.
“Pertama yang kita lakukan saat ini adalah untuk evakuasi kemudian rehabilitasi terkait dengan masyarakatnya, bangunan fisik dan lain-lain. Tahap selanjutnya kita akan memperkuat kapasitas masyarakat terkait dengan sistem peringatan dini karena Semeru sendiri setiap saat bisa mengeluarkan kejadian yang seperti ini,” ungkapnya.
Sejarah Panjang Letusan Semeru
Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam pada tahun 1818. Sayangnya pada tahun 1818 hingga tahun 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasi dari letusan Semeru. Kemudian pada tahun 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.
Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada tahun 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959 dan 1960. Pada 1 Desember 1977 guguran lava menghasilkan awan panas dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material mencapai 6,4 juta meter kubik. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978-1989.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga mencatat pada tahun 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008 Semeru kembali erupsi. Bahkan pada tahun 2008 terjadi beberapa kali erupsi pada 15 Mei hingga 22 Mei 2008.
Saat ini Gunung Semeru berstatus level II atau waspada. Masyarakat atau pun wisatawan tidak boleh beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah atau puncak gunung. Waspada pula luncuran awan panas dan lahar di jarak 5 km arah bukaan kawah sektor tenggara- selatan.
Penulis : Fitri Annisa dan Ari Rikin