Lombok (Greeners) – Gempa bumi tektonik mengguncang wilayah Lombok, Bali dan Sumbawa pada Minggu (29/07/2018), pukul 05.47 WIB. Pusat gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter (SR) ini terjadi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman gempa 24 km. Menurut data sementara dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 13 orang meninggal dunia, puluhan luka-luka dan ratusan rumah rusak akibat gempa ini.
“Hingga saat ini (pukul 13.00 WIB) telah terjadi 115 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami, karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik,” ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, Minggu (29/7).
BACA JUGA: Gunung Ijen Keluarkan Gas Berbahaya, 30 Orang Dirawat
Berdasarkan lokasi episenter, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar naik busur belakang Flores (Flores Back Arc Thrust). Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Berdasarkan siaran pers yang diterima Greeners, guncangan gempa bumi ini dilaporkan telah dirasakan di daerah Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Mataram, Lombok Tengah, Sumbawa Barat dan Sumbawa Besar pada skala intensitas II SIG-BMKG (IV MMI), Denpasar, Kuta, Nusa Dua, Karangasem, Singaraja dan Gianyar II SIG-BMKG (III-IV MMI). Sementara di Bima dan Tuban II SIG-BMKG (III MMI), Singaraja pada skala II SIG-BMKG atau III MMI dan Mataram pada skala II SIG-BMKG atau III MMI.
Kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana ini dilaporkan terjadi di Desa Darakunci, Lombok Timur; Desa Sambik Elen, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara; Desa Tepes Sepakat, Kecamatan Berang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat; dan Desa Pendua, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.
Kepada Greeners, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lombok Timur, Pramadi Anugerah Kartika, mengatakan, data sementara di Kabupaten Lombok Timur terdapat 10 orang meninggal dunia, 24 orang luka dan 105 rumah rusak. Dari 10 korban meninggal terdapat satu orang warga negara Malaysia.
“Data-data tersebut masih sementara, diperkirakan masih ada korban dan rumah-rumah yang rusak. Pendataan terus dilakukan oleh petugas,” kata Pramadi.
Menurut Pramadi, BPBD Lombok Timur telah mendirikan tenda-tenda pengungsi di dua kecamatan, yakni Kecamatan Sembelia dan Kecamatan Sembalun. Para korban dengan luka ringan telah dibawa ke Puskesmas, sementara korban dengan luka berat dirujuk ke rumah sakit.
BACA JUGA: BNPB Jajaki Kerjasama Penggunaan Teknologi Prediksi Gempa dengan Jepang
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, korban meninggal dunia di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 3 orang, yaitu Juniarto/L/8 thn, Rusdin/L/34 thn, Sandi/L/20 thn. Sebanyak 12 orang luka-luka dirawat di Puskesmas Senaru, 15 orang di Postu Sambikelen, 1 orang di RSUD Tanjung, 10 orang di Puskesmas Anyar, dan ada 637 jiwa terdampak (masih dalam pendataan).
“Hingga Minggu (29/7/2018) pukul 09.45 WIB tercatat dampak gempa menyebabkan 13 orang meninggal dunia, 62 orang luka dan ratusan rumah rusak. Diperkirakan dampak gempa akan bertambah mengingat pendataan masih berlangsung dan belum semua lokasi terdata,” ujar Sutopo.
Sutopo juga mengatakan berdasarkan laporan juga terdapat longsor cukup besar dari Gunung Rinjani. Material longsoran mengarah ke utara pasca gempa 6,4 SR. Saat ini jalur pendakian ke Gunung Rinjani ditutup. Aparat masih melakukan pemantauan terhadap dampak longsor yang ada.
“Posko BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Provinsi NTB dan BPBD Kabupaten/Kota terdampak gempa. Tim Reaksi Cepat BNPB telah menuju ke lokasi bencana untuk memberikan pendampingan BPBD. Update dampak gempa dan penanganan darurat akan terus disampaikan,” tandas Sutopo.
Penulis: Dewi Purningsih