London, 27 Juli 2016 – Para peneliti menemukan bahwa program renovasi gedung yang ditujukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca akan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan, menyediakan rumah yang lebih hangat, pabrik serta kantor yang lebih nyaman, mengurangi biaya bahan bakar di 28 negara, serta mengurangi impor gas dari Rusia.
Hal ini dikarenakan gedung merupakan kontributor emisi gas rumah kaca terbesar di Eropa. Banyak pemanas dan pendingin ruangan yang tidak efisien serta insulasi yang buruk.
Berdasarkan sebuah laporan yang dikeluarkan oleh OpenEXP, sebuah think tank internasional untuk mencapai sustainable development goals, dengan teknologi yang ada dan kehendak politik, gedung justru dapat diubah menjadi penghasil energi dan karbon netral.
Dalam laporan yang ditulis oleh Dr Yamina Saheb, analis senior kebijakan energi, ide tersebut dirancang untuk “menjamin peralihan gedung-gedung di Uni Eropa dari boros energi menjadi penghasil energi, sehingga hampir mencapai nol konsumsi energi”.
Perkembangan Pesat Industri
Laporan Yamina tersebut akan menjadi cetak biru bagi Komisi Eropa untuk memperbarui 14 arah kebijakan terkait dengan gedung sehingga industri renovasi gedung yang sudah berkembang pesat di Uni Eropa bisa mendapatkan landasan hukum yang lebih kuat dan berkembang.
Untuk mencapai penurunan emisi gas rumah kaca dan pengurangan impor gas yang menjadi andalan 28 negara dalam Uni Eropa dan telah disepakati di Paris pada Desember lalu, maka negara-negara tersebut harus melakukan perombakan total terhadap gedung-gedung yang sudah tua. Untuk mewujudkan hal ini adalah dengan menyatukan arahan-arahan yang sudah dikeluarkan oleh Uni Eropa.
Lebih lanjut, laporan tersebut menyatakan bahwa pasar renovasi gedung di tahun 2015 sudah mencapai 109 miliar euro dan menciptakan 882.900 lapangan pekerjaan. Perumahan menyumbang 65 persen dari pasar. Jutaan lapangan pekerjaan bisa diciptakan apabila Uni Eropa mengadopsi kebijakan hemat energi 40 persen hingga 2030, yang sangat mendesak untuk dilakukan.
Saat ini, gedung berkontribusi 41 persen terhadap total emisi gas rumah kaca di Eropa, dimana hampir 80 persennya berasal dari gas bumi dan setengahnya merupakan impor dari Rusia.
Menurunkan impor gas menjadi kebijakan politis yang penting bagi Eropa, terutama bagi negara anggota di bagian timur yang masih khawatir dengan jeratan Rusia atas kebutuhan energi mereka. Ditambah lagi, penurunan tersebut juga untuk pengurangan emisi yang berujung pada perubahan iklim.
Merenovasi gedung lama dan menambah prasarana energi terbarukan juga berarti mengurangi polusi udara. Laporan tersebut menyatakan bahwa hampir semua gedung dapat dibuat karbon netral dan lebih nyaman saat musim panas.
Gedung-gedung tersebut dapat memproduksi sendiri pasokan listrik, berfungsi sebagai penyimpan listrik, dan mengurangi permintaan puncak.
Penghitung dan kontrol waktu akan memperhitungkan waktu termurah untuk mengkonsumsi energi dan kapan untuk ekspor secara otomatis. Beberapa peralatan elektronik bisa dimatikan secara otomatis pada saat puncak agar pelanggan dapat menjual produksi energi mereka dengan harga tinggi.
Meski proposal tersebut berarti keuntungan besar bagi pelanggan dan industri, laporan tersebut menekankan adanya perubahan besar-besaran di pemerintahan sangat dibutuhkan. Saat ini tidak ada keterkaitan antara karbon, target hemat energi, dan kebijakan yang diimplementasikan oleh para politisi.
Ketergantungan yang Membahayakan
Laporan ini masih memasukkan Inggris sebagai anggota Uni Eropa sampai proses keluarnya dari keanggotaan Uni Eropa bisa diselesaikan. Dengan demikian, penemuan para ahli masih berlaku, meski belum bisa diketahui secara pasti arah kebijakan perubahan iklim di bawah perdana menteri yang baru.
Industri hemat energi di Inggris terabaikan oleh pemerintah meskipun memiliki potensi besar dalam menstimulus ekonomi seperti yang tergambarkan di dalam laporan tersebut.
Paul Rübig, anggota Parlemen Eropa dan pengusaha sukses, mengatakan dalam kata pengantar di dalam laporan bahwa banyak lapangan pekerjaan yang berhasil diciptakan di seluruh Uni Eropa dari industri hemat energi, mendorong ekonomi sekaligus memotong ketergantungan gas alam yang membahayakan.
“Berita baiknya adalah mengimplementasikan kebijakan hemat energi merupakan cara yang paling efektif untuk mencapai pengurangan emisi karbon dioksida di Uni Eropa, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memulai kebangkitan industri yang berkontribusi terhada kesehatan dan kenyamanan bagi manusia,” kata Rübig.
“Energi yang terbuang dari gedung akan meningkatkan ketergantungan kita terhadap gas alam juga kerentanan bagi sebagian penduduk Eropa. Peralihan energi yang berasal dari gedung seharusnya tidak dilihat sebagai beban melainkan sebuah kesempatan untuk pekerjaan dan pertumbuhan.” – Climate News Network