Jakarta (Greeners) – Jalur pendakian gunung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dipastikan tetap dibuka seperti biasa, walau intensitas curah hujan cukup tinggi akhir-akhir ini.
Kepala Balai Besar TNGGP Soejatno Sukandar menyebutkan, dalam pemantauan harian yang dilakukan sampai saat ini, kondisi cuaca yang diguyur hujan terus-menerus itu masih dalam taraf normal. “Ini kan hutan hujan tropis, yang memang cuacanya basah dan lembab. Sampai kini masih normal kok,” katanya di Cibodas, Tangerang, Senin (10/10).
BACA JUGA: Sakit, Pendaki Asal Depok Meninggal di Semeru
Namun diingatkan kepada wisatawan dan pecinta alam yang hendak mendaki di kawasan tersebut agar mempersiapkan diri dengan peralatan yang lengkap, makanan yang cukup dan kesiapan fisik yang memadai. “Kami mempersilakan pengunjung mendaki gunung karena di sini adalah tempat terbaik untuk mempelajari konservasi lingkungan hidup di hutan hujan tropis,” ujarnya menambahkan.
Konservasi yang dimaksud Soejatno adalah, sebagai taman nasional yang paling dekat dengan dua kota besar, Jakarta dan Bandung, TNGGP mendapat ancaman limbah pendaki yang tidak sedikit.
Jika diasumsikan jumlah pendaki yang datang mencapai 600 orang per hari, dengan pendakian selama 2 hari, maka dalam satu waktu jumlah pendaki di Gunung Gede Pangarango bisa mencapai 1.200 orang. Menurut Soejatno, jumlah tersebut bisa mencapai 1.800 orang saat memasuki waktu liburan.
BACA JUGA: Sampah dan Musim Pendakian Semeru
Tidak ada yang bisa menjamin angka pendaki yang jumlahnya mencapai ribuan tersebut akan mematuhi aturan untuk tidak meninggalkan sampah di kawasan konservasi. Jika satu orang meninggalkan sampah sekitar 0,5 kg saja, maka jika dikalikan 1800 orang, sampah di Gunung Gede Pangrango dalam satu waktu pendakian sama dengan 900 kg.
“Namun kami menyambut baik bagi pendaki gunung yang ingin melakukan bakti sosial membersihkan sampah di TNGGP, karena itu sejalan dengan program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang sedang getol-getolnya mengajak partisipasi masyarakat mengelola lingkungan,” tukasnya.
Penulis: TAT