Footprints of Hope; Jejak Langkah Sebuah Harapan

Reading time: 6 menit

Film yang ditulis dan disutradarai oleh Franny Armstrong (McLiebe) ini bercerita tentang seorang lelaki tua di tahun 2025 yang tengah menonton potongan-potongan kejadian sejarah kehancuran bumi kala manusia tidak melakukan sesuatu untuk melawan perubahan iklim.

Kisah lain yang menyentuh datang dari Republik Maladewa, sebuah negara kepulauan yang terdiri atas kumpulan pulau koral di Samudera Hindia (wikipedia.org). Negara kepulauan seluas 90.000 kilometer persegi ini hanya memiliki 300 kilometer persegi luas daratan. Luas ini hanya 0,3% dari total luas negaranya dengan ketinggian hanya 9 meter di atas permukaan laut.

Ancaman kenaikan air laut yang akan merendam sekitar 350.000 warga Maladewa membawa presidennya, Mohamed Nasheed, mengambil aksi langkah cepat melawan perubahan iklim. Banyak strategi tengah beliau siapkan, salah satunya menargetkan Maladewa menjadi negara pertama di dunia yang bebas karbon. Selain itu, Nasheed juga tengah mengatur kemungkinan pembelian sejumlah lahan di beberapa negara sebagai jaminan pengungsian warganya bila bencana terjadi.

Dalam lingkup media digital, sebuah situs www.350.org berhasil menebar harapan dunia dengan menggalang partisipasi 181 negara dalam memperingati Hari Perubahan Iklim se-Dunia serentak pada 24 Oktober lalu. Sebanyak 5.200 event dari seluruh dunia didaftarkan pada gerakan yang dinyatakan sebagai aksi lingkungan hidup terluas sepanjang sejarah planet bumi. Sebuah panggilan aksi global untuk menghadapi krisis iklim. Hingga saat ini telah terkirim lebih dari 22.000 foto bukti kegiatan. Angka 350 sendiri dinyatakan sebagai definisi dari skala ppm (parts per million), batas aman maksimal tingkat konsentrasi CO2 di dalam atsmosfer bumi yang disepakati para ahli.

Dalam konteks pemulihan kondisi lingkungan hidup di perkotaan, faktor perubahan gaya hidup masyarakat menjadi penentu utama. Salah satu gerakan yang cukup mendapat perhatian tinggi adalah gerakan mengurangi polusi udara menggunakan moda transportasi sepeda. Komunitas Pekerja Bersepeda yang lebih dikenal dengan Bike To Work mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam tahun 2009. Dengan semangat mengurangi kemacetan dan polusi udara, komunitas ini resmi terbentuk pada Agustus 2004. Saat ini jumlah anggotanya mencapai sebelas ribu orang yang tersebar di 54 kota dan 24 provinsi se-Indonesia. “Selain menyehatkan badan, bersepeda itu menyenangkan,” ujar Dewi Gilang Kurnia yang mengaku telah bersepeda sejak dua tahun terakhir ke tempat kerjanya di Kota Bandung. Inu Febiana dari Jakarta menyebutkan ada empat hal yang dia dapatkan sejak bersepeda, yaitu fun, fitness, freedom, dan faster. “Faster karena saya tidak mengalami macet sama sekali,” tulisnya melalui pesan elektronik kepada Greeners saat dia bersepeda di Jakarta Senin (23/11) lalu.

Perkembangan komunitas sepeda akan sangat maksimal kontribusinya terhadap pemulihan polusi udara kota apabila direspons dengan baik oleh pemerintah daerah masing-masing. Saat ini tuntutan disediakannya jalur sepeda di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung telah banyak mengalir, terutama dari komunitas Bike To Work. Mereka percaya apabila fasilitas jalur sepeda tersedia dengan baik, akan lebih banyak lagi warga yang mau bersepeda karena lebih merasa aman di jalan raya.

“apabila fasilitas jalur sepeda tersedia dengan baik, maka akan lebih banyak lagi warga yang mau bersepeda”

Top