Jakarta (Greeners) – Empat perusahaan perikanan akhirnya berani memberikan komitmennya untuk melakukan bisnis perikanan yang aman, berkelanjutan dan bertanggung jawab terhadap kelestarian laut Indonesia. Komitmen ini dinyatakan dalam bentuk kerjasama sebagai bagian dari program Seafood Savers yang diinisiasi oleh World Wide Fund (WWF) Indonesia untuk mendukung kebijakan pemerintah akan terwujudnya perikanan berkelanjutan.
Chief Executif Officer (CEO) WWF Indonesia, Efransjah mengatakan bahwa sejak dibentuk pada tahun 2009 lalu, Seafood Savers memang ditujukan sebagai landasan relasi antarusaha (business-to-business platform) yang di dalamnya produsen perikanan, ritel dan kelompok institusi keuangan bersama-sama berupaya menggalakkan bisnis dan praktik perikanan yang berkelanjutan.
“Di sini artinya WWF mendorong agar adanya responsible produksi atau perbuatan produksi yang bertanggung jawab yang diaplikasikan dalam praktek perikanan yang ramah lingkungan,” jelasnya pada penandatanganan empat perusahaan perikanan sebagai anggota Seafood Savers di Jakarta, Kamis (04/06).
Senada dengan Efransjah, Direktur Pemasaran Luar Negeri Ditjen PPHP Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti juga mengaku bahwa inisiasi yang dilakukan oleh WWF Indonesia sejalan dengan apa yang dilakukan oleh KKP saat ini.
Ditambah, lanjutnya, saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan sangat ingin mengusahakan sebuah merek nasional dengan ikan asli Indonesia yang bisa jaya di internasional, tentunya juga ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan tagline “save and suistainable”.
“Terimakasih kepada empat perusahaan yang akan komit menjalankan program berkelanjutan ini dan kita sepakat akan mengembangkan program-program yang aman dan berkelanjutan,” katanya.
Lebih jauh, Koordinator Seafood Savers WWF Indonesia, Margareth Meutia menjelaskan, keempat perusahaan perikanan yang akhirnya menandatangani kerjasama tersebut adalah PT. Mustika Minanusa Aurora, PT. Samudera Eco Anugerah Indonesia, PT. Hatindo Makmur dan terakhir PT. Satu Enam Delapan Benoa.
PT. Mustika Minanusa Aurora, lanjut Margareth, akan konsisten menjalankan bisnis pengolahan dan ekspor udang windu yang diperoleh dari praktik budi daya tradisional. Lalu PT. Samudera Eco Anugerah Indonesia mendaftarkan komoditas tuna sirip kuning, kekerangan, kepiting bakau, kakap, salah satu jenis tenggiri, kerapu, udang windu serta ikan nila.
“Setelah itu, PT. Hatindo Makmur dan PT. Satu Enam Delapan Benoa bergerak dibidang pengolahan dan pembekuan ikan, khususnya ikan pelagis yang mendominasi portofolio produk perusahaan mereka,” lanjutnya.
Sedangkan untuk penilaiannya sendiri, tambah Margareth, Seafood Savers mengacu pada dua sertifikasi perikanan berkelanjutan, yaitu Marine Stewardship Council (MSC) untuk perikanan tangkap dan Aquaculture Stewardship Council (ASC) untuk perikanan budidaya.
Penulis: Danny Kosasih