Jakarta (Greeners) – Terpaan El Nino yang terjadi cukup panjang di tahun 2015 diakui oleh Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Gardjita Budi memberikan dampak yang sangat berat bagi dunia pertanian. Meski demikian, ia menyatakan target produksi gabah kering geling (GKG) pada tahun 2016 diharapkan meningkat sebanyak satu juta ton dibanding GKG tahun 2015 dimana GKG yang dihasilkan sebanyak 75 juta ton.
“Insya Allah 2016 lebih baik iklimnya. Meski kemungkinan musim kemarau akan maju,” ujarnya kepada Greeners, Jakarta, pada Senin (28/12) lalu.
Iklim kemarau panjang yang diprediksi kembali terjadi tahun 2016 dikhawatirkan akan membuat proses pertanian dan perkebunan menurun drastis. Hal ini nantinya akan berdampak pada ketersediaan bahan pangan.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menyatakan bahwa fenomena El Nino baru akan melunak pada April 2016 dan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2016.
Andi juga menyatakan bahwa di wilayah Aceh dan Riau, curah hujan akan berkurang pada Januari dan Februari dan puncak musim kemarau di wilayah tersebut akan terjadi sebanyak dua kali. Untuk wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dua wilayah ini akan memasuki musim hujan pada Desember 2015.
“Menurut analisis BMKG sendiri, EL Nino akan dimulai pada Februari 2016 dan akan terjadi kemarau yang mencakup wilayah pesisir Timur Aceh, pesisir Timur Sumatera Utara, dan pesisir Timur Riau. Namun pengaruhnya ke Indonesia sudah selesai dan yang akan terjadi pada Februari 2016 adalah normal kemarau biasa saja,” tukasnya.
Penulis: Danny Kosasih