Jakarta (Greeners) – Menurut prakiraan, fenomena iklim El Nino akan terjadi tahun 2023. Para ilmuwan telah memperingatkan datangnya El Nino tahun ini akan memperburuk dampak bencana dari krisis iklim.
Melansir dari The Guardian, para ahli juga memperingatkan, fenomena iklim yang terkait dengan udara hangat kemungkinan besar akan mendorong suhu rata-rata global jauh di atas ambang batas 1,5 Celcius.
Sebelumnya dalam tiga tahun belakangan, La Nina terjadi dan akan berakhir. Sementara osilasi alami berasal dari dorongan suhu lautan dan angin di Pasifik secara alami beralih antara El Nino dan La Nina.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengatakan, prediksi BMKG menggunakan metode singular spectrum analysis menunjukkan bahwa La Nina 2020/2021/2022 kemungkinan akan berakhir pada trimester pertama 2023. Selanjutnya La Nina akan beralih menuju fase ENSO netral.
Sementara saat ini hasil pemodelan dinamis mulai menunjukkan adanya peluang kejadian El Nino di semester kedua tahun 2023. Sinyal ini terlihat dari model dinamis NOAA-USA (yaitu model CFSv2) dan model oleh JASMTEC Jepang (model SINTEX-F).
“Kita masih harus menunggu mungkin hingga bulan depan untuk memastikan seberapa kuat sinyal El Nino 2023 ini muncul pada pemodelan iklim lainnya,” katanya kepada Greeners, Sabtu (21/1).
Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan, kemungkinan terjadinya El Nino memicu kemarau ekstrem pada tahun ini. Musim kemarau berkepanjangan dapat berdampak signifikan terhadap lahan pertanian yang membutuhkan air.
El Nino 2023 Berdampak pada Sektor Pertanian
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, potensi El Nino mengancam pertanian. “Berpotensi menyebabkan kekeringan terhadap 560.000 – 879.000 hektare (ha). Sedangkan pada tahun normal sekitar 200.000 hektare. El Nino juga berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran lahan pertanian,” kata dia baru-baru ini.
Kementan telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi guna meminimalisasi dampak El Nino tahun ini.
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Hadi menyebut, jika El Nino terjadi maka ketersediaan air tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan pertanian.
Oleh karena itu, mulai harus menjalankan metode desalinasi. Inovasi ini dapat menghilangkan kadar garam berlebih dalam air laut menjadi air yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai sektor, termasuk kegiatan pertanian.
Inovasi Teknologi
Pengamat pertanian dari Universitas Trilogi Rizal Taufikurohman menyatakan, ancaman El Nino memengaruhi produktivitas sektor pertanian, baik pangan maupun hortikultura yang membutuhkan curah hujan. “Sektor pertanian berpotensi akan menurun produksinya,” katanya.
Pemerintah harus melakukan beberapa strategi antisipatif. Mulai dari memastikan stok pangan aman untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional hingga masa siklus panen.
Selain itu, juga harus menyesuaikan musim tanam dengan pertimbangan waktu terjadinya El Nino. Kemudian mapping kebutuhan dan ketersediaan pangan dan hortikultura hingga pemanfaatan teknologi.
“Misalnya hortikultura yang membutuhkan air, dengan teknik irigasi tetes menggunakan digitalisasi model pemupukannya,” ungkapnya.
Penulis: Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin