Sabtu 16 agustus 2014, seperti yang kita ketahui, eceng gondok merupakan limbah perairan dimana pertumbuhan yang pesat dimana 10 individu dapat berkembang menjadi 600.000 individu dalam 8 bulan. Akibat potensinya yang sangat besar ini maka keberadaannya diperairan umum seringkali menjadi gulma pengganggu dalam jangka panjang dapat merusak fungsi dan keberadaan perairan umum. Pengembangan usaha ternak ruminansia (sapi potong/perah, kambing maupun domba) terus dipacu, utamanya guna menuju swasembada daging pada tahun 2014 dan swasembada susu pada tahun 2020. Kendala utama yang dihadapi peternak ruminansia adalah sulitnya penyediaan pakan yang berkualitas dan berkesinambungan.
Upaya penggunaan eceng gondok sebagai pakan dapat mempunyai 2 manfaat sekaligus yaitu mencukupi kebutuhan pakan ternak ruminansia dan menyelamatkan perairan umum. Oleh Ibu Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si. salah satu dosen di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas diponegoro, enceng gondok yang semula hanya menjadi gulma diolah menjadi pakan ternak dengan cara dibuat menjadi silase complete feed. Caranya yaitu dengan mencampur eceng gondok yang telah dicacah menjadi potongan kecil-kecil, dicampur dengan konsentrat agar dapat menurunkan kadar air dari eceng gondok tersebut. Kemudian mengawetkan dengan bantuan bakteri asam laktat yang bias menurunkan pH dan membuat pakan menjadi awet.