Kulonprogo (Greeners) – Rabu siang (23/4), seekor Elang Brontok resmi menghuni kandang habituasi berukuran 8x6x4 m. Kandang yang dibangun khusus itu dilengkapi beberapa tenggeran di beberapa sudutnya. Dengan posisi kandang menghadap bendungan Waduk Sermo, Elang Brontok memiliki pandangan yang cukup luas untuk mempelajari bakal wilayah kekuasaannya.
Seminggu adalah waktu yang diberikan untuknya agar bisa beradaptasi dengan kondisi alam sekitar. Selama itu pula, segala perilakunya dicatat tiap 5 menit oleh relawan. Jika perilaku dan naluri satwa liar sudah terpantau dengan jelas, maka sudah dipastikan Elang Brontok akan segera mengenyam kebebasannya.
Melihat sejarahnya, setelah dua tahun berusaha ‘memantaskan diri’, akhirnya ia direkomendasikan untuk pelepasliaran. “Elang Brontok Nisaetus Cirrhatus ini diserahkan oleh masyarakat kepada Balai KSDA Yogyakarta. Ia kemudian ‘disekolahkan‘ di Wildlife Rescue Centre (WRC) selama dua tahun,” kata Andi Chandra Herwanto, Koordinator Pengendalian Ekosistem Hutan BKSDA Yogyakarta.
Sehari sebelumnya, yang juga bertepatan dengan Hari Bumi, burung dalam keluarga raptor ini menjalani pemeriksaan terakhir. Selasa siang (22/4), dokter hewan, staf BKSDA, tenaga ahli penanda, dan para relawan Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) berkumpul di WRC, Pengasih, Kulonprogo. Mereka bekerjasama untuk menjamin kelancaran proses pelepasliaran sang pemangsa.
Dengan kepala dibungkus kain, Elang Brontok menjalani serangkaian pengecekan morfologi dan pencatatan ciri-ciri fisiologis. Dalam proses yang berlangsung selama satu jam, lebar bentang sayap, panjang kaki, hingga ukuran paruh Elang Brontok dicatat untuk identifikasi. Ia juga dipasangi penanda sayap (wing marker), menjalani tagging (pemasangan cincin bernomor registrasi), dan pengambilan sampel darah untuk uji DNA. Salah satu fungsi pemasangan wing marker ini adalah untuk memudahkan pemantauan burung di alam.
“Penandaan ini tujuannya untuk identifikasi individu. Juga sebagai bahan kajian populasi dan penelitian persebaran,” kata Ign. Pramana Yuda, Koordinator Jogja-Jateng dari Indonesia Bird Banding Scheme.
Elang Brontok rencananya akan dilepas di kawasan Suaka Margasatwa Sermo pada 30 April nanti. Dalam lahan konservasi seluas 190 hektar ini, ia akan berbagi daerah kekuasaan dengan Elang Bido, Elang Tikus, Elang Hitam dan Elang Brontok lain. Lebih bagus lagi jika ia bisa memperluas daerah jelajahnya hingga keluar Sermo, mengingat daerah sebaran Elang Brontok cukup merata di Indonesia bagian barat. Harapannya, raptor berumur 4 tahun ini dapat menjalankan fungsi ekologinya sebagai pemuncak rantai makanan dan menjaga keseimbangan ekosistem.
Sedemikian pentingnya perlindungan dan pelestarian raptor, karena kepunahan satu spesies akan mempengaruhi kehidupan spesies lainnya.
(G26)