Dorong Wadah Guna Ulang dalam Program Makan Bergizi Gratis

Reading time: 3 menit
Ilustrasi program makan bergizi gratis. Foto: Freepik
Ilustrasi program makan bergizi gratis. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Implementasi program ‘Makan Bergizi Gratis’ yang digagas oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, akan segera diperluas. Deputy Director Dietplastik Indonesia, Rahyang Nusantara, mengingatkan pemerintah untuk mendorong penggunaan wadah makan guna ulang dalam program ini guna menghindari penumpukan sampah plastik.

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah setiap tahunnya. Sebanyak 15% atau sekitar 9,6 juta ton adalah sampah plastik. Sebagian besar dari sampah plastik ini berasal dari plastik sekali pakai.

Rahyang khawatir penggunaan wadah makan plastik sekali pakai akan meningkatkan jumlah sampah plastik secara signifikan. Plastik sekali pakai ini sering kali sulit didaur ulang dan berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Bahkan, lebih buruknya bisa mencemari lingkungan sekitar seperti sungai dan lautan.

BACA JUGA: Praktik Guna Ulang Solusi Kurangi Sampah Plastik dan Krisis Iklim

“Studi oleh berbagai organisasi lingkungan menunjukkan bahwa penggunaan wadah guna ulang dapat mengurangi timbulan sampah plastik hingga 80 persen, dalam konteks program makan siang atau kegiatan serupa,” ujar Rahyang lewat keterangan tertulisanya kepada Greeners, Selasa (3/9).

Menurutnya, keberhasilan ini juga sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mengelola penggunaan wadah guna ulang. Selain itu, perlu sistem pengelolaan yang baik untuk memastikan wadah-wadah tersebut dikembalikan dan digunakan kembali dengan benar.

Plastik Sekali Pakai Bebani Lingkungan

Rahyang menekankan, penggunaan plastik sekali pakai dalam program makan siang gratis dapat menambah beban pencemaran lingkungan. Plastik yang terurai menjadi mikroplastik dapat mencemari tanah dan air. Bahkan, bisa masuk ke dalam rantai makanan, yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan hewan.

Selain itu, plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari ekosistem darat dan laut, merusak habitat alami, dan menyebabkan kematian satwa liar yang terjerat atau menelan plastik.

Penumpukan sampah plastik dapat memicu masyarakat untuk membakar sampah plastik tersebut. Proses pembakaran ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Ilustrasi bahan makanan untuk makan bergizi gratis. Foto: Freepik

Ilustrasi bahan makanan untuk makan bergizi gratis. Foto: Freepik

Pastikan Menu ‘Makan Bergizi Gratis’ Mengandung Gizi Seimbang

Selain masalah potensi timbulan sampah plastik, penting juga untuk memastikan bahwa menu makanan dalam program makan siang gratis mengandung gizi seimbang dan menggunakan bahan makanan alami. Hal ini sangat penting karena program ini untuk anak-anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Konselor Laktasi, Nuria Ikhsyania atau Risya menjelaskan bahwa fokus utama dalam gizi harus pada pemenuhan protein, karbohidrat, dan lemak dari makanan alami seperti sayuran segar dan daging.

“Makanan alami menyediakan vitamin dan mineral dengan bioavailabilitas yang lebih baik daripada makanan olahan (processed food),” ujar Risya.

Distribusi makanan olahan bisa menjadi masalah, terutama di daerah dengan akses terbatas (daerah 3T). Anak-anak di daerah tersebut mungkin mengalami kesulitan mendapatkan kualitas makanan yang sama, seperti di wilayah lain jika bergantung pada makanan olahan.

BACA JUGA: Tekan Laju Sampah 2024, Komitmen Guna Ulang Perlu Dikuatkan

“Oleh karena itu, penting untuk memastikan akses yang adil dan kualitas makanan yang sesuai untuk semua anak dengan memanfaatkan makanan lokal yang sesuai dengan musim dan terjangkau. Hal ini juga dapat mendukung literasi gizi ibu,” ungkapnya.

Risya menambahkan, makanan yang tidak melalui banyak proses pengolahan mampu menyerap gizi yang lebih baik. Maka dari itu, sangat penting untuk memberdayakan lingkungan sekitar termasuk petani, peternak, dan ibu rumah tangga.

Susu Gratis Harus Murni, Tanpa Pemanis

Selain memberikan makan siang gratis, dalam program Prabowo – Gibran juga akan menyediakan susu gratis bagi anak-anak. Risya mengingatkan kembali bahwa susu untuk anak-anak harus berupa susu segar atau susu dengan komposisi 100% susu sapi murni tanpa pemanis tambahan.

Pedoman terbaru dari World Health Organization (WHO) pun menegaskan bahwa anak-anak tidak boleh diberikan minuman berpemanis atau yang mengandung gula tambahan.

“Susu segar atau susu 100% murni tanpa tambahan rasa adalah pilihan terbaik. Susu dari peternak lokal bisa menjadi opsi yang baik. Namun, susu kemasan dengan tambahan rasa dapat membebani metabolisme anak. Hal ini dapat berdampak negatif di masa depan,” jelas Risya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top