Jakarta (Greeners) – Pemprov DKI Jakarta memastikan pembangunan pengolahan sampah dengan teknologi Refused Derived Fuel (RDF) Plant di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi akan selesai tahun ini. Pembangunan RDF dipastikan tak bernasib sama dengan Intermediate Treatment Facility (ITF) Sunter yang mangkrak hingga saat ini.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta membangun empat fasilitas ITF di kota Jakarta, yaitu ITF Sunter, ITF layanan Barat, ITF layanan Timur serta ITF layanan Selatan. Dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ditugaskan untuk menjalankan proyek tersebut.
Sarana Jaya menjalankan proyek ITF layanan Timur dan Selatan. Sementara, Jakarta Propertindo (Jakpro) telah menggarap proyek ITF Sunter dan ITF wilayah layanan Barat.
ITF berkapasitas sekitar 2.200 ton per hari, harapannya mampu mengurangi beban TPST Bantargebang. Tak hanya itu, ITF Sunter juga akan mampu mengurangi volume sampah kisaran 80-90 % dengan standar emisi Euro 5. Namun, proyek ini belum menunjukkan progress-nya.
Humas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Yogi Ikhwan mengatakan, kewenangan penggarapan proyek ITF berada pada dua BUMD yang telah ditunjuk tersebut.
Peresmian pembangunan ITF Sunter dimulai saat peletakan batu oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada tahun 2018 lalu. Bersama dengan perusahaan pembangkit listrik asal Finlandia, Fortum Power Heat and Oy sebagai investor. Lalu Jakpro telah berkomitmen menggarap proyek ini.
Berbeda halnya dengan skema anggaran ITF yang ada di empat lokasi, RDF Pemprov pastikan akan cepat selesai karena hanya berfokus pada satu lokasi RDF. “Di sisi lain dari segi anggaran juga tak sebesar ITF yang sampai Rp 6 triliun, ini hanya Rp 900 miliar jadi kami optimis pasti selesai tahun ini,” katanya kepada Greeners, Jumat (2/9).
Ia menyatakan saat ini progress pembangunan RDF telah mencapai 40 persen, akan Pemprov DKI Jakarta resmikan pada Oktober. Harapannya bisa beroperasi Desember 2022.
Atasi Timbulan Sampah TPST Bantargebang
Yogi menyebut, selama ini TPST Bantargebang menumpu pasokan sampah sebanyak 7.400 ton per hari. Sementara RDF tersebut memiliki kapasitas total sebanyak 2.200 ton per hari yang merupakan akumulasi dari sampah lama dan baru.
Sampah lama merujuk pada jenis sampah mengandung bahan plastik saja. Pasalnya, sampah organik telah menjadi kompos. Sementara sampah baru yaitu semua jenis sampah yang ada kemudian bisa RDF olah.
RDF ini mampu menghasilkan hingga 750 ton bahan bakar dari sampah yang kualitasnya dapat menggantikan batu bara. Yogi menyebut, saat ini sudah terjalin kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dengan dua pabrik semen. Di antaranya pabrik semen Indocement dan SBI untuk memanfaatkan bahan baku pengganti batu bara ini. “Ini bagian dari pemasukan untuk pendapatan daerah,” imbuh dia.
Target DKI Jakarta Kurangi Sampah 30 % di Tahun 2025
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyatakan RDF ini mampu menghasilkan hingga 750 ton bahan bakar dari sampah yang kualitasnya dapat menggantikan batu bara.
Itu artinya, ada harapan kualitas udara di Jakarta akan semakin bersih. Ia menyebut PLN telah menargetkan berupaya beralih ke RDF sebesar 20 %. Sementara saat ini ia menyebut Pemprov DKI Jakarta telah bekerja sama dengan pabrik semen untuk pemanfaatannya.
Selain membangun RDF, tahun ini ia menargetkan penambahan sebanyak tujuh Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) yang tersebar di Jakarta. Asep menyebut, Pemprov DKI Jakarta akan menargetkan mengurangi sampah sebesar 30 % pada tahun 2025.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin