Jakarta (Greeners) – Hari raya Idul fitri selalu menjadi momen di mana warga DKI Jakarta bermigrasi meninggalkan Ibukota dan mudik atau pulang kampung ke daerahnya masing-masing. Berdasarkan laporan Dinas Perhubungan Jakarta pada Lebaran 2014 lalu, lebih dari 4,2 juta pemudik asal Jakarta meninggalkan ibu kota untuk Lebaran di kampung halaman. Alhasil, kondisi jalan raya pada saat Lebaran selalu terlihat lenggang setiap tahunnya.
Lenggangnya suasana Jakarta ini, dikatakan oleh Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, Gamal Sinurat, menyebabkan menurunnya tingkat polusi udara sekitar 20 persen dari hari biasanya. Hal ini karena menurunnya aktivitas kendaraan bermotor, khususnya di jalan-jalan protokol.
“Iya, perkiraan 20 persen lah penurunannya,” ujar Gamal saat dihubungi oleh Greeners melalui sambungan telepon, Jakarta, Jumat (10/08).
Namun, berbeda dengan Gamal, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan yang signifikan terkait tingkat kualitas udara khususnya di Jakarta pada saat hari raya Idul Fitri.
Hal tersebut dikarenakan, banyak masyarakat yang tidak mudik namun tetap berkendara di jalanan Ibukota, khususnya usai pelaksanaan shalat Idul Fitri. Belum lagi, lokasi-lokasi wisata yang akan ramai didatangi warga.
“Penelitian terakhir itu tahun 2009 tentang kualitas udara saat mudik, dan itu pun tidak signifikan. Mungkin terlihatnya saja tidak macet, tapi tingkat polusi udaranya akan sama saja kok. Kalaupun turun tidak akan signifikan,” tukasnya.
Sebagai informasi, sebelumnya Kementerian Perhubungan telah memperkirakan arus mudik akan dimulai pada akhir pekan ini (Jumat, 10/07), terutama bagi pengguna kendaraan pribadi dan transportasi umum, salah satunya moda transportasi pesawat. Untuk moda transportasi darat seperti bus antar kota antar provinsi (AKAP), kereta api dan pengendara motor diperkirakan mulai ramai pada H-7 hari raya Idul Fitri.
Penulis: Danny Kosasih