Diskusi Polusi Plastik dan Praktikkan Guna Ulang di Piknik Bebas Plastik

Reading time: 3 menit
Piknik bebas plastik. Foto: Walhi
Piknik bebas plastik. Foto: Walhi

Jakarta (Greeners) – Pawai Bebas Plastik kembali hadir pada tahun kelimanya dengan nuansa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, sejumlah organisasi masyarakat sipil mengajak audiens untuk berdiskusi bersama tentang isu terkait polusi plastik dan berpiknik dengan protokol guna ulang di ‘Piknik Bebas Plastik’.

Pawai Bebas Plastik menjadi bagian dari kampanye global yang dikenal sebagai #PlasticFreeJuly. Agenda itu secara khusus berfokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai pada bulan Juli.

Acara tahunan Pawai Bebas Plastik tidak pernah terlewati untuk diselenggarakan. Agenda ini menjadi momen penting untuk menyuarakan permasalahan tentang plastik kepada masyarakat luas.

BACA JUGA: Biasakan Guna Ulang, Tahun 2030 Plastik Sekali Pakai Dilarang

Kegiatan ala ‘piknik cantik’ ini lebih dari sekadar piknik pada umumnya. Pada Piknik Bebas Plastik, penyelenggara mewajibkan para pengunjung untuk menerapkan praktik guna ulang dan tidak menggunakan plastik sekali pakai.

Manager Komunikasi Dietplastik Indonesia, Adithiyasanti Sofia mengatakan bahwa Piknik Bebas Plastik ini menjadi contoh acara publik yang menggunakan protokol guna ulang. Piknik Bebas Plastik telah menjadi bukti nyata bahwa masyarakat bisa melakukan praktik guna ulang.

“Protokol ini mengharuskan para peserta tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai. Stan makanan dan minuman juga tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai. Mereka membawa tempat makan sendiri. Kemudian, stan makanan dan minuman juga mampu memfasilitasi praktik guna ulang, seperti dengan menyediakan tempat pencucian alat makan,” kata Adithiyasanti melalui keterangan tertulisnya, Senin (29/7).

Piknik bebas plastik. Foto: Walhi

Piknik bebas plastik. Foto: Walhi

Bahas Bahaya Produksi Plastik di Piknik Bebas Plastik

Sementara itu, terbentuknya inisiasi Pawai Bebas Plastik berawal dari melihat permasalahan sampah plastik di Indonesia. Sampah plastik ini tidak hanya menjadi masalah di wilayah darat saja, tetapi juga sudah menyebar ke wilayah laut.

Banyak penelitian yang menunjukkan dampak dari plastik sekali pakai yang tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan dan hewan yang hidup. Akan tetapi, juga berdampak buruk pada kesehatan manusia.

Melihat fakta-fakta tersebut, perlu adanya suatu gerakan bersama. Hal itu sebagai upaya pengurangan sampah plastik agar di tahun 2025 Indonesia dapat mencapai target untuk mengurangi sampah plastik sebesar 70 persen.

Kendati demikian, kegiatan Pawai Bebas Plastik tidak pernah terlewatkan. Tahun ini, pawai dengan mengusung konsep Piknik Bebas Plastik diadakan dengan serangkaian kegiatan, seperti talkshow, workshop, showcase, dan pertunjukan seni lainnya.

BACA JUGA: Perluas Pembatasan Plastik Kresek di Pasar Tradisional Peraih Adipura

Talkshow ini mengangkat pembahasan isu plastik yang berhubungan dengan kesehatan, iklim, dan masyarakat adat. Isu plastik ini berhubungan dengan seberapa besar produksi plastik dari industri minyak dan gas.

Manajer Kampanye Polusi dan Urban Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Abdul Ghofar mengungkapkan lebih dari 99% plastik sekali pakai produksinya terbuat dari bahan bakar fosil. Kemudian, emisi gas rumah kaca terjadi pada setiap tahap siklus hidup plastik. Mulai dari ekstraksi gas dan minyak hingga produksi, pembakaran, penimbunan, dan bahkan daur ulang.

Produksi kemasan plastik sekali pakai merupakan kontribusi terbesar penyumbang plastik murni setiap tahun. Produksi itu perkiraannya mencapai sekitar 40% dari total permintaan plastik dan lebih dari setengah sampah plastik di seluruh dunia. Industri juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ini adanya dorongan oleh peningkatan signifikan penggunaan plastik di negara-negara berkembang.

“Perlunya solusi mengatasi krisis sampah plastik ini mulai dari awal produksi plastik dengan pengurangan produksi plastik di hulu. Inisiatif yang hanya berfokus pengurangan sampah pada hilir tidak akan selesai jika keran produksi plastik dikurangi,” kata Ghofar.

Piknik bebas plastik. Foto: Walhi

Piknik bebas plastik. Foto: Walhi

Kurangi Sampah dengan Guna Ulang

Selain pentingnya pengurangan produksi plastik untuk mengurangi sampah plastik, berdasarkan hierarki pengelolaan sampah perlu solusi guna ulang. Upaya ini untuk mengganti sistem distribusi dan bisnis yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai.

Berdasarkan Ellen MacArthur Foundation Reuse (guna ulang) Framework, ada empat model guna ulang yang bisa masyarakat terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Model tersebut yaitu pengisian ulang di rumah (Refill at home), pengisian ulang saat bepergian (Refill on the go), pengembalian dari rumah (Return from home), dan  pengembalian saat bepergian (Return on the go).

Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA), Swietenia Puspa Lestari mengatakan bahwa solusi guna ulang tidak hanya diterapkan oleh masyarakat perkotaan saja. Namun, guna ulang juga dapat masyarakat terapkan di area pulau-pulau kecil.

“Salah satunya yang dilakukan oleh Divers Clean Action melalui toko curah. Kami mengimplementasikan pilot project isi ulang dan guna ulang di Kepulauan Seribu dengan bermitra dengan warung-warung kecil. Inisiatif ini berkolaborasi dengan startup reuse atau refill provider,” ungkap Swietenia.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top