Jakarta (Greeners) – Semakin meningkatnya jumlah timbulan sampah yang diakibatkan dari pertumbuhan jumlah penduduk serta adanya perubahan gaya hidup masyarakat masih menjadi permasalahan yang sulit diatasi khususnya di wilayah perkotaan.
Hingga saat ini, profil timbulan sampah nasional yang menunjukkan angka 60% masih didominasi oleh sampah organik kemudian peringkat kedua adalah sampah plastik sebesar 14%, sampah kertas 9% dan sisanya adalah sampah lainnya (logam, karet, kain dan kaca) sebesar 17%
Khusus untuk DKI Jakarta saja, Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), R. Sudirman mengatakan, lebih dari 6.500 ton sampah dihasilkan oleh masyarakat setiap harinya. Apabila sampah ini tidak dikelola, akan terjadi penumpukan sampah di mana-mana dan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Secara estetika, penumpukan sampah ini juga sangat tidak sedap dipandang mata.
BACA JUGA: Program Jemput Sampah Anorganik, Dinas Kebersihan Diminta Perhatikan Tiga Hal
Untuk mengatasi masalah ini, KLHK bersama Dinas Kebersihan DKI Jakarta melakukan pembinaan kepada 100 pemulung dari DKI Jakarta dan Kota Bekasi pada Kamis lalu. Menurut Sudirman, pembinaan kepada para pemulung diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
“Timbulan komponen plastik sekitar 16,25 persen dari sampah DKI Jakarta. Biasanya pemulung hanya mengambil sampah yang bernilai ekonomis, salah satunya plastik,” ujarnya saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Jumat (18/11).
Dalam kegiatan ini, terus Sudirman, pemulung akan melakukan proses pemilahan sampah dan pengurangan sampah sejak dari sumbernya di rumah-rumah sampai ke TPA. Jika pemulung dibina dan diberi jaminan kesehatan yang baik, maka hasilnya akan signifikan terhadap pengurangan sampah.
BACA JUGA: Dinas Kebersihan Tingkat Kabupaten/Kota Dihapuskan
Selain diberikan materi mengenai Kebijakan Pengelolaan Sampah Nasional, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pengelolaan sampah bagi pemulung, lanjutnya, pemerintah juga melibatkan para pemulung dalam pembentukan Bank Sampah di komunitas pemulung, melibatkan peran serta pemulung dalam pengelolaan sampah, serta memberikan peluang jaminan kesehatan pemulung oleh BPJS.
“Kami juga memberikan sarana dan prasarana kepada seluruh pemulung peserta pembinaan yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan kesehariannya, diantaranya safety boot, alat capit sampah, keranjang sampah, topi pemulung, gerobak sampah, sarung tangan, dan rompi,” katanya.
Iman, salah seorang pemulung di daerah Pinang Ranti, Jakarta Timur yang berkesempatan mendapatkan pembinaan tersebut, menyatakan apresiasinya atas kegiatan yang menurutnya cukup membantu meningkatkan kesejahteraan para pemulung.
“Kami jadi merasa diperhatikan dengan diberi pembinaan dan bantuan peralatan ini. Sebelumnya kami hanya mendapat Rp. 30.000 sampai 50.000 per hari dari hasil memulung. Sedangkan dengan adanya pembinaan cara pengelolaan sampah dan pembentukan Bank Sampah ini, kami berharap penghasilan para pemulung juga akan semakin meningkat,” katanya.
Penulis: Danny Kosasih