Nusa Dua, Bali (Greeners) – Pada hari kedelapan penyelenggaraan APEC 2013 Summit di Bali atau pada Selasa (8/10), dua negara peserta yaitu Indonesia dan Amerika Serikat melakukan tiga kerjasama bisnis bilateral dalam bidang energi bersih atau clean energy. Tiga penandatanganan kerjasama bisnis tersebut yaitu penandatangan kerjasama pembuatan pembangkit listrik tenaga surya (solar panel) untuk Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali antara PT SunEdison-Sintesa Group dan PT Angkasa Pura I. Penandatanganan dilakukan oleh Presiden Asia Operations SunEdison, Pashupathy Gopalan; CEO Sintesa Group, Shinta Widjaya Kamdan dan Presiden Direktur PT Angkasa Pura I, Tommy Soetomo.
Pembangkit listrik tenaga surya yang akan dibangun di Bandara Ngurah Rai Bali pada akhir 2014 merupakan PLTS pertama untuk bandara di Indonesia dengan kapasitas 15 megawatt dengan biaya sekitar 35 juta USD.
Usai penandatanganan, Gopalan mengatakan dengan pemakaian solar cell ini, Bandara Ngurah Rai dapat mereduksi gas rumah kaca sebesar 200.000 gigatons karbondioksida per tahun. SunEdison sendiri telah berhasil memasang solar cell ini beberapa bandara internasional seperti di Bandara Kualalumpur Malaysia.
Sedangkan PT Angkasa Pura mengatakan kebutuhan listrik di Bandara Ngurah Rai Denpasar sekitar 14 -15 megawatt yang digunakan terutama untuk peralatan penerbangan dan pendingin ruangan. Dengan menggunakan solar cell ini, PT Angkasa Pura bakal menghemat biaya listrik yang signifikan.
Kerjasama bisnis yang kedua yaitu antara PT Fluidic Indonesia (perusahaan joint venture Amerika Fluidic Inc dan PT Mitra Raharja Sejahtera) dengan PT Indosat Tbk. Kerjasama ini untuk pembuatan batere rechargeable zinc-air untuk industri telekomunikasi di Indonesia. Penandatanganan dilakukan oleh Presiden Fluidic Energy Dennis Thomsen dan Presiden Direktur/CEO PT Indosat Tbk Alexander Rusli.
Untuk kerjasama PT Fluidic Indonesia dan PT Indosat, Fluidic akan membuat dan menyediakan rechargeable zinc-air battery sejak tahun 2006 sebagai pengganti generator diesel dalam peralatan telekomunikasi Indosat seperti pada tenaga menara BTS. Indosat akan menggunakan teknologi dari Fluidic sebagai alternatif energi bagi solusi listrik peralatan telekomunikasi di wilayah yang jaringan listriknya belum stabil.
Sedangkan kerjasama bisnis ketiga yaitu untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) atau PLTPB berkapasitas 16 megawatt di Sumbawa antara Ormat Amerika dengan PT Pasifik Geoenergy. Investasi untuk PLTB ini sebesar 200 juta USD dan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 5000 gigaton karbondioksida ekuivalen setiap tahunnya.
Penandatanganan kerjasama tersebut disaksikan oleh Menteri Perdagangan Amerika, Penny Pritzker dan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi yang berlangsung di Hotel Grand Nikko, Nusa Dua, Bali. (G02)