Jakarta (Greeners) – Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mendeteksi ada delapan provinsi yang berpotensi mengalami kebakaran hutan akibat kemarau yang panjang.
Deputi III Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim KLH, Arief Yuwono mengatakan, bahwa kedelapan wilayah yang masuk dalam deteksi KLH tersebut adalah Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
“KLH sudah mencoba memberi pembinaan juga pada masyrakat yang masuk di wilayah terdeteksi tersebut,” ujar Arief, Jakarta, Senin (15/09).
Arief menjelaskan, bahwa pembinaan yang KLH berikan berupa pembina kepada Masyarakat Peduli Api (MPA) yang secara sukarela akan mengawasi, mengontrol, dan memadamkan api jika terjadi kebakaran hutan.
MPA ini, lanjut Arief, terdiri dari 50 orang warga yang terpencar di satu kawasan rawan kebakaran hutan. Misalnya, kawasan rawan kebakaran hutan yang ada di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dan Kelurahan Rasau Jaya, Kabupaten Kuburaya, Provinsi Kalimantan Barat.
Lebih lanjut Arief menyebutkan, karena kebakaran hutan ini memiliki karakteristik berupa kejadian yang terjadi berulang kali di kawasan yang sama, maka KLH mampu mendeteksi pencegahan di lokasi-lokasi rawan.
“Peningkatan deteksi dini ini diharapkan dapat memperkecil wilayah kebakaran hutan yang telah terjadi,” terangnya.
Sebagai informasi, sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa tahun 2014 akan terjadi kemarau panjang di sejumlah wilayah di Indonesia. Kemarau panjang tersebut mengakibatkan keterlambatan datangnya musim penghujan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Mulyono R Prabowo mengatakan, bahwa puncak musim kemarau seharusnya sudah lewat, yaitu pada bulan Agustus lalu. Namun, masih ada beberapa wilayah yang masih terkena dampak musim kemarau tersebut.
(G09)