Jakarta (Greeners) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya menyatakan bahwa kondisi cuaca di delapan provinsi saat gerhana matahari total terjadi cenderung akan berawan. Meski demikian, fenomena alam ini masih aman untuk dinikmati oleh masyarakat dan para peneliti.
Andi menjelaskan, saat gerhana matahari total terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 mendatang, Provinsi Bengkulu akan tertutup awan sekitar 75 persen. Diperkirakan matahari akan terbit pada pukul 06.16 WIB pagi dan terbenam pada 18.25 WIB sore. Sementara itu, di wilayah Palembang, Sumatera Selatan, matahari diperkirakan akan tertutup awan sekitar 50 persen dan matahari diprediksi akan terbit pada pukul 06.07 WIB lalu tenggelam pada pukul 18.16 WIB.
“Kalau di Tanjung Pandan, Belitung, 25 persen daerahnya akan tertutup awan. Matahari akan terbit pada pukul 06.09 WIB dan terbenam pukul 18.15 WIB,” tutur Andi kepada Greeners, Jakarta, Selasa (08/03).
Selanjutnya untuk Pangkalan Bun di Kalimantan Tengah, saat gerhana Matahari Total terjadi, 50 persen wilayahnya diprediksi akan tertutup awan. Lalu mataharinya akan terbit pada pukul 05.31 WIB dan terbenam pukul 17.39 WIB.
Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, lanjutnya, sekitar 90 persen wilayahnya akan tertutup awan dan matahari akan terbit pada pukul 05.33 WIB dan terbenam pada pukul 17.41 WIB. Untuk Balikpapan, Kalimantan Timur, 50 persen wilayahnya akan tertutup awan saat terjadi gerhana matahari total, sementara matahari akan terbit pada pukul 06.18 Wita dan terbenam pada pukul 18.25 Wita.
“Untuk Palu, Sulawesi Tengah, 50 persen akan tertutup awan. Mataharinya akan terbit pada pukul 06.07 Wita dan terbenam pada pukul 18.14 Wita. Lalu di Ternate, Maluku, 25 persen wilayahnya tertutup awan dan matahari akan terbit pada 06.38 WIT dan terbenam pada 18.44 WIT,” katanya menjelaskan.
Meskipun tertutup awan, Andi mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh wisatawan maupun para peneliti yang akan menyaksikan fenomena alam tersebut. Ia berharap agar kondisi cuaca ini tidak menghilangkan rasa penasaran dan kepuasan masyarakat dalam menyaksikan gerhana matahari total.
“Cenderung aman. Mudah-mudahan tidak mengurangi curiosity (rasa penasaran) dan kepuasan masyarakat nantinya,” ujarnya.
Sebagai informasi, Andi mengatakan bahwa selama berlangsungnya Gerhana Matahari Total 2016, BMKG akan melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan terhadap variasi medan magnet bumi dan perubahan anomali gravitasi serta efeknya yang diukur dari tempat-tempat tertentu di permukaan Bumi sebagai dampak dari gerhana matahari total.
Gerhana matahari total, lanjut Andi, akan berlangsung sekitar 1,5 sampai dengan tiga menit. Di pusat jalur gerhana, gerhana total terpendek akan terjadi di Seai, Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat, yaitu selama 1 menit 54 detik dan terpanjang di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, yaitu selama 3 menit 17 detik.
Gerhana matahari total yang akan berlangsung pada tanggal 9 Maret 2016 bersamaan dengan hari raya Nyepi. Untuk wilayah Indonesia bagian Barat, gerhana sebagian akan terjadi mulai pukul 06.20 WIB, sedangkan di Indonesia bagian Tengah dan Timur terjadi pada pukul 07.25 Wita dan 08.35 WIT.
Andi juga menjelaskan, dalam satu tahun, gerhana matahari bisa terjadi dua sampai lima kali, namun tidak semua merupakan gerhana matahari total, melainkan perpaduan gerhana matahari total, cincin atau hibrid, atau tidak ada gerhana matahari total sama sekali dalam satu tahun. Selain itu, tidak semua daerah juga bisa melihat gerhana matahari. Jadi, sejak tahun 1980 hingga 1990, ada tiga kali gerhana matahari total yang melewati Indonesia.
“Pada tahun 1983, 1984 dan 1988, masyarakat di luar jalur total bisa menikmati gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari total sendiri untuk kembali berlangsung di tempat yang sama membutuhkan waktu selama periode 350 tahun,” pungkasnya.
Penulis: Danny Kosasih