Jayapura (Greeners) – Penjual ikan keliling yang biasanya menjajakan ikan dengan motor ke kompleks permukiman warga mengeluh. Pasalnya harga Ikan Cakalang ekor kuning terus meroket. Harga Ikan Cakalang yang dulunya hanya Rp35.000 per ekor kini harganya melonjak Rp75.000 per ekor. Bahkan nelayan pun sulit melaut karena faktor cuaca dan perubahan iklim.
“Hanya Ikan Puri dan Ikan Kembung yang selalu dijual. Ya terpaksa kami pun membelinya,” kata Ibu Rosa warga BTN Organda, saat membeli ikan dari penjual keliling di Jayapura, Senin(24/6). Dia menambahkan warga untuk mengosumsi ikan-ikan jenis Cakalang atau ekor kuning terkendala stok atau mungkin harganya memang mahal.
Bukan hanya penjual ikan saja, yang mengeluh tetapi warga di Kampung Skouw Mabo, sekitar 120 km arah timur Kota Jayapura juga mengalami masalah cuaca buruk yang mempengaruhi masyarakat untuk melaut. Nelayan sudah jarang melaut karena cuaca buruk.
“Dulu kami bisa mencari ikan hanya di sekitar kampung saja,”ujar Junus Malo, warga Kampung Skouw Mabo. Menurut dia perubahan cuaca dan iklim jelas mempengaruhi waktu untuk melaut. “Kitorang sulit mendapat ikan di sekitar sini dan terpaksa harus melaut sampai ke perbatasan di perairan laut Papua New Guinea (PNG).
Keluhan penurunan jumlah ikan di perairan laut di Teluk Humbold bukan hanya dialami para nelawan di Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, tetapi juga dirasakan nelayan yang tinggal di Pulau Kosong dekat Kaju Pulo, Kota Jayapura. Mereka harus melaut hingga ke perairan laut PNG.
Pemerintah PNG belum lama ini telah melepaskan sebanyak 32 nelayan asal Indonesia karena diduga mencuri ikan di Pulau Manus, PNG. Sekretaris Badan Perbatasan dan Kerjasama Luar Negeri Provinsi Papua, Sofian Ginanjar mengatakan banyak nelayan Papua melanggar dengan masuk perairan laut PNG. ”Setiap tahun pasti ada nelayan Papua yang ditangkap polisi PNG,” katanya.
Karena melanggar wilayah laut, banyak nelayan Papua yang dihukum dan membayar denda di PNG.
Bahkan Konsulat RI di Vanimo dalam bulan Februari 2013, sudah menangani dua kasus nelayan terdampar di Perairan PNG dan telah memulangkan tiga nelayan Indonesia asal Jayapura atas nama Thalib, Baba dan Nazir.
Tidak Ramah Lingkungan
Kepala Balai Konservasi Teluk Cenderawasih, Benny Saroi mengatakan stok dan jenis ikan bisa berkurang kalau cara penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Dia memberikan contoh soal penggunaan bagan dalam mencari ikan. “Pencarian ikan dengan menggunakan bagan justru menghabiskan stok ikan teri di laut. Padahal ikan teri merupakan makanan bagi ikan-ikan besar di perairan,” jelas Saroi.
Berkurangnya stok ikan di perairan Kota Jayapura menjadi salah satu penyebab minimnya populasi ikan cakalang. Hingga tak heran kalau banyak nelayan asal Indonesia lebih sering melaut masuk ke perairan laut di negara tetangga PNG. Pulau Manus dan sekitarnya di PNG termasuk salah satu wilayah yang memiliki potensi ikan tuna.
Ikan tuna termasuk Cakalang adalah kelompok ikan yang disebut ”Scombroid fish,” dari ordo Percomorphi, Genus Thunus, yang terdiri dari 13 spesies lebih. Ada Ikan Tuna yang sebagian hidup di peraraian tertentu, namun kebanyakan melakukan migrasi sepanjang tahun. Telur-telurnya mencapai 300.000 – 1.000.000 butir, yang biasanya ditetaskan di sekitar karang.
Badan ikan ini berbentuk “stream line” seperti cerutu dengan kondisi badan yang kuat dan kekar. Bergerak cepat dan senantiasa membentuk skuling atau gerombolan. Senang berenang cepat dan memburu mangsanya di lapisan permukaan ataupun di laut dalam. Karena ikan ini sering ditangkap dengan memakai alat tangkap pole and line, longline atau purse seine. (G31)