Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyiapkan target peta jalan (roadmap) konservasi 50 tumbuhan terancam punah. Saat ini sudah ada 175 jenis tumbuhan asli Indonesia terancam punah dan sudah BRIN konservasi ex-situ di seluruh kebun raya di Indonesia. Jumlah tumbuhan yang telah BRIN konservasi ex-situ tersebut baru mencapai 20,44% dari total tumbuhan terancam punah.
Dari 175 tumbuhan yang berhasil masuk konservasi ex-situ dan BRIN tingkatkan nilai serta fungsinya yakni Hoya Kusnoto, Aeschynanthus ‘Sudjana Kasan’, Aeschynanthus ‘Mahligai’, Begonia ‘fiandani’, Begonia ‘lovely jo’ dan Begonia ‘blirik’.
Plt Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) BRIN Iman Hidayat mengatakan, dalam menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia menemukan sejumlah tantangan. Menurutnya, tantangan itu berupa peningkatan populasi manusia, perkembangan industri hingga krisis iklim.
“Kita mendapat tantangan dengan meningkatnya populasi juga berkembangnya industri. Belum lagi kita menghadapi perubahan iklim yang menyebabkan cuaca sulit diprediksi, suhu naik dan sebagainya. Ini tidak mudah juga bagi keanekaragaman hayati untuk beradaptasi,” kata Iman dalam webinar virtual mengupas biodiversitas Indonesia di Jakarta, Sabtu (13/11).
Senada dengannya, Kepala Pusat Riset Kebun Raya BRIN Sukma Surya Kusumah mengungkapkan, BRIN telah menyusun peta jalan (roadmap) untuk konservasi tumbuhan terancam kepunahan dalam menjawab tantangan untuk menjaga keanekaragaman hayati sekaligus meningkatkan nilai ekonomi.
“Roadmapnya terdiri dari konservasi ex-situ dalam rangka penyelamatan tumbuhan terancam kepunahan. Kemudian ekologi dan restorasi jenis terkait dengan pelestarian tumbuhan terancam kepunahan. Lalu, eksperimental botani dalam rangka peningkatan nilai dan fungsi tumbuhan untuk pemanfaatan secara berkelanjutan,” papar Sukma.
Strategi Menjaga Tumbuhan Terancam Punah
Sementara itu, terkait bioteknologi, Kepala Pusat Riset Bioteknologi BRIN Ratih Asmana Ningrum menjelaskan, dalam bidang pangan telah terjadi berbagai macam permasalahan yang menurunkan persediaan pangan dan menjadi ancaman terhadap ketahanan pangan.
Bahkan saat ini indeks ketahanan pangan Indonesia masih di bawah negara-negara lain di Asia Tenggara. Menurutnya, bidang bioteknologi sebenarnya sudah memberikan solusi terhadap permasalahan pangan yang terjadi di Indonesia ini.
“Misalnya, meningkatkan penggunaan produk bibit unggul yang memiliki produktivitas yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas dari tanaman. Kemudian dengan memberikan pupuk terhadap lahan. Dari studi 2020 itu sudah cukup mampu memberikan solusi untuk tantangan ini,” papar Ratih.
Kepala Pusat Riset Biologi BRIN Anang Setiawan Achmadi juga memaparkan strategi BRIN menghadapi tantangan dalam menjaga keanekaragaman hayati melalui sejumlah isu strategis.
Upaya tersebut yakni pengungkapan keanekaragaman Indonesia dan ekosistemnya, mitigasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan keanekaragaman Indonesia (bioprospeksi/bioekonomi).
Selanjutnya, penguatan kebijakan sumber daya hayati (otoritas ilmiah dan national focal point), pusat koleksi referensi keanekaragaman hayati Indonesia, serta pengelolaan dan penguatan sistem informasi data dan dokumentasi keanekaragaman hayati Indonesia.
“Bagaimana kita berpikir setiap tahunnya mengungkapkan keanekaragaman hayati. Bagaimana kita melaksanakan eksplorasi untuk melengkapi data-data yang belum terupdate atau memang masih kosong terkait dengan keanekaragaman hayatinya,” tutur Anang.
Pohon Iptekin Beri Nilai Tambah Keanekaragaman Hayati
Dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati tersebut, BRIN menginisiasi pohon iptekin. Teknologi ini untuk meningkatkan nilai tambah keanekaragam hayati. Dalam pohon iptekin tersebut ada enam poin di dalamnya.
Pertama, peningkatan populasi spesies terancam punah di habitat ex-situ. Kedua, konservasi ex-situ tumbuhan terancam punah. Ketiga, pengungkapan biodiversitas nusantara. Keempat, spesimen (hidup dan mati) dan barcoding keanekaragaman hayati Indonesia. Kemudian, pemanfaatan keanekaragaman hayati Indonesia melalui bioprospeksi atau bioekonomi. Terakhir, regulasi kelembagaan.
Melalui keenam hal tersebut, terdapat sejumlah target unggulan yang ingin BRIN capai pada tahun 2024 mendatang. Hal tersebut di antaranya lima jenis spesies restocking, 25 jenis tumbuhan terselamatkan, 3 ekosistem, peningkatan jumlah koleksi spesimen sebanyak 15.000, digital koleksi 200.000 spesimen dan penanganan 10 kasus wildcrime.
Penulis : Fitri Annisa