BRIN: Ketergantungan Produk Impor Jadi Tantangan Produksi Susu Ikan

Reading time: 3 menit
BRIN menyebut ketergantungan produk impor jadi tantangan produksi susu ikan. Foto: BRIN
BRIN menyebut ketergantungan produk impor jadi tantangan produksi susu ikan. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Susu ikan dikabarkan akan menjadi bagian dari program makanan bergizi dan susu gratis oleh pemerintah mendatang. Produk ini bisa menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Namun, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat bahwa ketergantungan pada produk impor masih menjadi tantangan dalam produksi susu ikan dalam negeri.

Peneliti dari Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat BRIN, Ekowati Chasanah, menjelaskan bahwa proses pembuatan susu ikan melibatkan bioteknologi, khususnya penggunaan enzim untuk memecah protein ikan. Produk akhir akan diformulasikan dengan perasa dan bahan lain agar lebih sesuai dengan selera masyarakat.

Dalam proses pembuatan hidrolisat atau susu ikan, enzim protease diperlukan. Namun, hingga saat ini, produksi enzim tersebut belum mencukupi dan belum sesuai untuk produksi hidrolisat protein ikan (HPI) di Indonesia.

BACA JUGA: BRIN Prioritaskan Peningkatan Produktivitas Jagung Nasional

“Hidrolisat ikan tidak hanya mempertahankan nilai gizi ikan, melainkan juga meningkatkan penyerapan nutrisi ikan di dalam usus,” ucap Ekowati dalam kegiatan Media Lounge Discussion (MELODI) di Jakarta, Rabu (9/10).

Untuk mengatasi kendala tersebut, Ekowati menyampaikan bahwa saat ini sedang berupaya mendapatkan pendanaan melalui skema rumah program BRIN. Hal ini bertujuan untuk pengembangan enzim lokal yang sesuai untuk produksi HPI. Dengan memproduksi enzim untuk HPI, Ekowati berharap produksi susu ikan dapat sepenuhnya menggunakan bahan dalam negeri, sehingga lebih efisien dan mandiri.

Susu Ikan Alternatif Sumber Protein

Ekowati menjelaskan bahwa susu ikan yang sering menjadi perbincangan sebenarnya adalah HPI yang dapat larut dalam air. Ia juga menambahkan bahwa susu ikan memiliki berbagai keunggulan dan dapat menjadi sumber protein alternatif.

Ekowati menegaskan bahwa susu ikan bukanlah susu yang berasal dari kelenjar susu ikan, melainkan hasil proses pemecahan protein ikan menjadi bentuk yang larut dalam air. PT Berikan Teknologi menjadi salah satu perusahaan yang telah menghilirkan teknologi ini pada tahun 2022 dengan mendirikan miniplan HPI di Indramayu, kemudian mengembangkan produk susu ikan berbasis HPI.

“Susu ikan ini merupakan produk hasil pengembangan melalui proses hidrolisis enzimatis yang memecah protein ikan menjadi protein pendek atau peptida serta asam amino bebas. Kemudian, diformulasikan sehingga menyerupai susu,” ucapnya.

Ekowati juga menjelaskan bahwa produk ini dapat menjadi alternatif sumber protein bagi masyarakat, terutama anak-anak yang intoleran terhadap laktosa. Susu ikan sebagai produk hidrolisat menawarkan berbagai keunggulan, seperti kandungan protein berkualitas tinggi dengan asam amino esensial yang lengkap. Produk ini bahkan memiliki peptida pendek yang tubuh mudah serap. Produk ini sangat bermanfaat bagi anak-anak dan orang yang dalam masa pemulihan, membutuhkan asupan protein tinggi.

“Kolaborasi penelitian bersama mitra dari Gizi Kedokteran UNDIP menggunakan model hewan (tikus) menunjukkan bahwa pemberian HPI dapat mengaktifkan hormon pertumbuhan dan secara signifikan meningkatkan panjang tubuh tikus tersebut,” tambahnya.

Ilustrasi ikan. Foto: Freepik

Ilustrasi ikan. Foto: Freepik

Susu Ikan Sumber Nutrisi

Sementara itu, Ekowati menambahkan bahwa ikan merupakan sumber asam lemak esensial, seperti DHA dan EPA, yang penting bagi kesehatan. Oleh karena itu, produk hidrolisat atau susu ikan juga mengandung asam lemak esensial tersebut.

Dengan berbagai keunggulan tersebut, proses hidrolisis protein ikan juga membuat produk ini lebih aman dari alergen dan menghasilkan peptida (protein pendek) aktif dengan manfaat tambahan. Hal ini menjadikan susu ikan (hidrolisat) memiliki potensi besar sebagai pangan fungsional. Hal itu dapat membantu mencegah hipertensi, obesitas, dan bertindak sebagai imunostimulan.

Walaupun kandungan kalsium susu ikan tidak setinggi susu sapi, Ekowati yakin bahwa produk ini tetap memiliki keunggulan. Selain bahan bakunya (ikan) yang dapat diperoleh secara lokal, susu ikan (HPI) menjadi sumber protein yang sangat baik.

BACA JUGA: BRIN dan Kementan Kerja Sama Perkuat Ekosistem Pangan

Produk ini mengandung asam amino esensial lengkap, tubuh mudah menyerapnya, dan bersifat fungsional berkat adanya peptida aktif di dalamnya. Dengan demikian, susu ikan tidak hanya bernutrisi, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan atau sebagai pangan fungsional.

Selain itu, susu ikan atau hidrolisat ini bisa menjadi alternatif susu sapi dan minuman lain seperti susu kambing, susu unta, atau (susu) minuman kedelai. Masing-masing minuman memiliki keunggulannya sendiri sebagai sumber protein untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat Indonesia.

“Produk hidrolisat, yang disebut sebagai susu ikan, memiliki kelebihan seperti protein pendek (peptida aktif), rendah alergen, serta dapat mengaktifkan hormon pertumbuhan,” lanjut Ekowati.

Inovasi dan Pengembangan di Sektor Swasta

Di sisi lain, pihak swasta telah mengaplikasikan teknologi pengembangan dalam produksi susu ikan, salah satunya oleh Yayasan Berikan Protein Initiative. Chief Product and Development Yayasan Berikan Protein Initiative, Iwa Sudarmawan, menjelaskan bahwa saat ini pihaknya mampu memproduksi susu ikan dengan kapasitas hingga 75 ton per bulan. Jumlah ini setara dengan 3.750.000 botol dalam kemasan 125 ml.

Pihaknya pertama kali meluncurkan produk susu ikan ini pada Agustus 2023 dan kini sedang memasarkan secara luas. Iwa menegaskan bahwa produk ini tidak bertujuan untuk menggantikan susu sapi, melainkan menawarkan alternatif sebagai sumber protein. Inovasi ini menjadi solusi untuk memperkuat ketahanan pangan Indonesia, sekaligus menggerakkan ekonomi sirkular di daerah penghasil ikan.

“Dengan potensi laut yang melimpah, kita dapat mereplikasi pengembangan susu ikan sebagai produk turunan HPI di berbagai daerah di Indonesia. Harapannya, hal ini mampu mendukung ekonomi lokal serta memberikan pilihan nutrisi berbasis protein ikan bagi masyarakat luas,” ujar Iwa.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top