Jakarta (Greeners) – Awal tahun 2022, minyak goreng melonjak di pasaran mencapai Rp 24.000 per liter. Hal ini memicu kelangkaan minyak goreng di sejumlah wilayah. Melihat kondisi ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berinovasi membuat minyak goreng berbahan kelapa dengan campuran ragi tempe.
Atas kondisi kelangkaan minyak goreng tersebut, per 1 Februari 2022, pemerintah secara resmi menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng. Berdasarkan penetapan tersebut, pemerintah mematok HET untuk minyak curah Rp 11.500 per liter, kemasan sederhana Rp 13.500 per liter. Sementara untuk kemasan premium Rp 14.000 per liter.
Minyak goreng yang umum masyarakat pakai di Indonesia untuk proses memasak adalah minyak kelapa sawit. Namun ada minyak nabati lain yang bisa dipakai, seperti minyak kelapa. Kelapa merupakan buah tropis, banyak tumbuh di kepulauan Indonesia.
Minyak kelapa sawit dan minyak kelapa walaupun satu family, tetapi memiliki spesies (jenis) yang berbeda. Minyak dari kelapa mengandung protein rantai pendek dan sedang. Sedangkan minyak dari kelapa sawit mengandung protein rantai panjang.
Pelaksana Tugas Deputi Fasilitasi Riset dan Inovasi BRIN Agus Haryono mengatakan, BRIN memiliki banyak kegiatan penelitian terkait alternatif minyak kelapa. Minyak kelapa sejak zaman dahulu digunakan sebagai sumber utama minyak goreng.
“Proses pembuatannya juga lebih mudah, di BRIN kita membuat virgin coconut oil (VCO) dengan menambahkan ragi tempe, sehingga terjadi fermentasi secara alami. Selain VCO, proses tersebut juga menghasilkan minyak goreng,” ungkap Agus baru-baru ini.
Melansir situs BRIN, Peneliti Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Teuku Beuna Bardant menerapkan proses pembuatan minyak kelapa dengan bantuan ragi tempe di Puspiptek, awal Februari 2022. Metode ini menghasilkan minyak goreng dan VCO yang baik untuk kesehatan manusia, membantu tubuh dalam meningkatkan metabolisme dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Berbeda dengan Minyak Goreng, Minyak Kelapa Ini Dicampur Ragi Tempe
Beuna menambahkan, untuk membuat minyak kelapa dengan menggunakan bantuan ragi tempe, pinsipnya adalah proses pembuatan minyak dengan cara basah. Ia menjelaskan, awalnya melalui proses santan terlebih dahulu. Peneliti memarut daging buah kelapa, mengolahnya menjadi santan, lalu menambahkan ragi tempe.
Prinsipnya, di dalam santan terdapat minyak dengan air. Keduanya yang merupakan dua bahan yang tidak bisa bercampur. Uniknya, minyak dan air bisa bercampur dalam santan kelapa. Hal itu karena adanya protein kelapa di dalamnya. Dengan demikian, ia menjelaskan, apabila protein kelapa dirusak, maka minyak dan air dalam santan akan terpisah dengan sendirinya.
“Penambahan ragi tempe pada santan akan membuat protein kelapa dimakan oleh ragi. Saat jumlah proteinnya berkurang, fungsinya untuk menjaga kestabilan campuran minyak dan air menurun. Maka tidak ada lagi yang memegang molekul minyak dan air. Sehingga keduanya akan terpisah dengan sendirinya,” jelasnya.
Selanjutnya kata Teuku, minyak tetap perlu peneliti panaskan pada suhu 700 derajat Celcius untuk membunuh ragi dan sporanya yang ikut terbawa dalam minyak. Pemanasan perlu berulang dua sampai tiga kali dalam proses pasteurisasi. “Itu yang kami lakukan selama proses fermentasi dengan ragi tempe,” imbuhnya.
Kandungannya Bermanfaat Untuk Kesehatan
Minyak kelapa sebagai minyak goreng maupun sebagai VCO, bermanfaat untuk kesehatan. Minyak goreng dari minyak kelapa memiliki rantai lebih pendek daripada rantai minyak kelapa sawit, sehingga tubuh lebih mudah mencernanya. Sifatnya cenderung tubuh gunakan daripada tersimpan di bawah jaringan kulit manusia.
Beuna juga menyebutkan, dengan mengkonsumsi minyak kelapa, maka dampaknya (tubuh kita) tidak lebih cepat gemuk, daripada mengkonsumsi minyak sawit.
Ia berharap, minyak kelapa bisa masyarakat manfaatkan untuk pangan. Sedangkan untuk bahan baku energi dapat menggunakan minyak kelapa sawit. “Jadi masyarakat tidak terlalu bergantung dengan minyak sawit, sehingga minyak kelapa juga bisa sebagai minyak goreng,” tandasnya.
Riset terkait minyak kelapa ini sudah muncul sejak tahun 2012. Seiring berjalannya waktu BRIN terus berinovasi. Tahun 2020, BRIN melakukan pengenalan produksi minyak kelapa yang mereka campur alkohol untuk bahan baku handsanitizer dan sabun.
Penulis : Ari Rikin