Jakarta (Greeners) – Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bangun kerja sama untuk perkuat ekosistem pangan. Kolaborasi ini bertujuan untuk mendukung pembangunan pangan nasional dalam jangka panjang.
Kementan dan BRIN pun sudah menyepakati kerja sama ini dengan menandatangani nota kesepahaman di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (17/10). Kolaborasi keduanya akan melibatkan penyelenggaraan riset dan inovasi yang sesuai dengan ruang lingkup kedua lembaga.
Kerja sama itu juga mencakup penelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, dan standardisasi di bidang pertanian. Melalui sinergitas sumber daya, sarana, prasarana, potensi dan kompetensi yang optimal juga akan mendukung untuk pembangunan pertanian yang lebih efektif.
BACA JUGA: FAO Dorong Petani dan Nelayan Jadi Agen Pengelolaan Air
“Jadi, secara umum BRIN akan mendapatkan PR dari Kementan untuk menjadi pemasok varietas unggul benih (VUB) mulai dari tanaman hortikultura, tanaman pangan, hingga peternakan. Ke depannya termasuk pengembangan vaksin untuk ternak obat-obatan dan juga teknologi pakan dan budidayanya,” ungkap Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa (17/10).
Handoko mengatakan penandatanganan ini telah ditunggu sejak BRIN dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dibentuk oleh presiden. Kedua lembaga tersebut menjadi satu kesatuan dengan Kementan dalam membangun sistem ketahanan dan kedaulatan pangan jangka panjang.
“BRIN bersama Kementan menandatangani nota kesepahaman supaya bisa berkolaborasi lebih baik ke depan. Sebab, BRIN menjadi hulu dari produksi pangan yang menjadi tanggung jawab Kementan. Kemudian, di hilir dengan distribusi dan logistik yang menjadi tanggung jawab Bapanas,” ungkap Handoko.
Presiden RI Minta Kementan Bangun Ekosistem Pangan
Sementara itu, Pelaksana Tugas Menteri Pertanian (Plt. Mentan) Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa presiden meminta Kementan bersama BRIN bersama- sama membangun ekosistem pangan. Salah satunya adalah sumber daya genetik.
“Misalnya cabai, bawang merah, telur, saya ingin pakai teknologi iradiasi. Jadi, Kementan fokus di produksi, bersama wakil menteri juga sedang berbenah dan berkolaborasi dengan banyak lembaga,” imbuh Arief.
Arief juga berharap teknologi iradiasi bisa memperpanjang umur simpan (shelf life). Ia menyebutkan BRIN saat ini sedang melakukan penelitian tersebut, dan pihaknya akan menunggu hasilnya.
BACA JUGA: Produksi Pangan Terancam Menurun Akibat Fenomena El Nino
“Kementan kita fokusnya pada produksi. Di Kementan sendiri ada dirjen tanaman pangan, hortikultura, peternakan. Ini semua penelitiannya ada di BRIN. Kemudian, hilirasiasinya nanti ada di Bapanas dengan melibatkan BUMN di bidang pangan. Jadi, ekosistem yang dibangun ini akan bagus,” terangnya.
Selain itu, Arief menyebutkan pihaknya juga akan membangun pencadangan pangan nasional (food reserve). Menurutnya, selama ini Indonesia belum punya food reserve, kecuali beras.
“Harusnya, negara sebesar Indonesia punya food storage yang besar di setiap kota, sehingga bisa menjadi cadangan pangan pemerintah daerah. Itu yang kita buat di Badan Pangan Nasional, ini akan berhubungan dengan BRIN, Badan Pangan dan BUMN di bidang pangan. Ini yang kita kuatkan kembali ekosistem di bidang pangan,” tambahnya.
Kementan akan Kembangkan Pangan Lokal
Saat ini, beras masih menjadi konsumsi pilihan untuk karbohidrat di Indonesia. Oleh karena itu, Kementan pun akan mengembalikan kearifan pangan lokal di wilayah Indonesia.
“Kalau di Maluku ada sagu, Papua ada ubi kayu, Jawa ada nasi jagung. Ini harusnya ke depan talas, sukun itu bisa kita kembalikan lagi ke kearifan pangan lokal,” ucap Arief.
Selanjutnya, Arief juga ingin BRIN mengembangkan produk rekayasa genetika (GMO). Hal itu atas dorongan presiden untuk mengembangkan GMO termasuk untuk kedelai, supaya produksinya per haktare bisa di atas 4 ton.
“Jadi, banyak hal yang bisa dikerjasamakan nantinya dengan BRIN, untuk bisa mengembangkan pertanian di Indonesia. Ini kita akan lakukan segera. Saat ini yang sudah berjalan dengan Bapanas itu bahkan sudah nanam di Sukamandi dan sudah mau panen. Tapi ini dengan Kementan, MoU ini titik awal untuk kita bisa bersama mengembangkan pertanian,” ujarnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia