Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan catatan evaluasi bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2015 yang melanda Indonesia serta prediksi potensi bencana alam yang akan terjadi pada tahun 2016.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan bahwa peristiwa bencana alam yang terjadi sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan 20 persen dibandingkan dengan apa yang terjadi sepanjang tahun 2014.
Berdasarkan data BNPB tahun 2015, terdapat 1.582 kejadian bencana yang menyebabkan 240 orang tewas, 1,18 juta orang mengungsi, 24.365 unit rumah rusak dengan rincian 4.977 rusak berat, 3.461 rusak sedang, dan 15.927 rusak ringan serta kerusakan pada fasilitas umum yang terjadi sebanyak 484 unit.
“Sepanjang tahun 2015, peristiwa bencana alam didominasi oleh banjir, tanah longsor dan puting beliung. Semuanya itu selain diakibatkan oleh kondisi alam, seperti pola hujan yang berubah-ubah, juga dipengaruhi bertambahnya jumlah penduduk dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bencana. Sedangkan bencana yang paling banyak menelan korban adalah longsor,” terangnya di Jakarta, Jumat (18/12).
Selain itu, ketiga bencana tersebut paling banyak terjadi di lima provinsi yang meliputi Jawa Tengah dengan 363 bencana, Jawa Timur 291 bencana, Jawa Barat 209 bencana, Sumatera Barat 93 bencana dan Aceh 85 bencana. Sedangkan untuk penyebaran per kabupaten, tertinggi terjadi di Bojonegoro (68 bencana), Cilacap (53), Sukabumi (42), Kota Sawahlunto (42) dan Temanggung (38).
“Kalau bencana terbesar yang terjadi pada 2015 itu adalah kebakaran hutan dan lahan. Dalam catatan BNPB, ada 24 orang tewas akibat kebakaran hutan, 600.000 jiwa menderita infeksi saluran pernapasan dan 2,61 juta hektar lahan terbakar. Kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan tahun ini pun mencapai Rp 221 triliun dan wilayah yang paling banyak mengalaminya adalah Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Papua,” tambahnya.
Sedangkan untuk prediksi beberapa bencana alam yang akan terjadi pada tahun 2016, Sutopo memaparkan bahwa bencana hidrometerologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung masih akan mendominasi selama 2016 dengan puncak bencana pada Januari hingga Februari 2016.
Wilayah yang paling berpotensi mengalami banjir, longsor, dan puting beliung adalah Pulau Jawa. Bencana tersebut terjadi akibat curah hujan yang tinggi sejak Januari 2016 nanti. BNPB memprediksi, terdapat 315 kabupaten/kota berada di daerah bahaya banjir. Dari wilayah tersebut, terdapat 63,7 juta jiwa yang berpotensi terdampak banjir.
Selain itu, 274 kabupaten/kota di Indonesia juga terancam bahaya longsor. Untuk mengantisipasi longsor, Sutopo menerangkan, BNPB membutuhkan ratusan sistem peringatan dini (early warning system). Namun, alat yang ada saat ini jumlahnya baru 50 unit.
“Untuk mengantisipasi hal tersebut, petugas BNPB telah memasang jaring yang terbuat dari sabut kelapa di tebing-tebing wilayah yang rawan longsor,” katanya.
Sementara untuk kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla), potensinya masih akan terjadi di Sumatera dan Kalimantan namun dengan skala yang lebih kecil. Karhutla sendiri diakui oleh Sutopo termasuk kasus terbesar yang terjadi pada 2015. Ia menyatakan sangat sulit untuk benar-benar menghilangkan hotspot atau titik panas di Indonesia. “Fenomena La Nina juga kemungkinan akan menguat di 2016,” pungkasnya.
Penulis: Danny Kosasih