Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan bahwa selama periode 1 Januari hingga 30 April 2019 terjadi 1.586 kejadian bencana di Indonesia. Dampak bencana yang ditimbulkan antara lain 325 orang meninggal dunia, 113 orang hilang, 1.439 orang luka-luka dan 996.143 orang mengungsi. Hal ini disebabkan lebih dari 98 persen bencana yang terjadi adalah bencana hidrometeorologi dan 2 persen bencana geologi.
Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan bahwa selama periode tersebut ada tiga kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar.
Pertama, banjir dan longsor di Sulawesi Selatan pada 22 Januari 2019 yang menyebabkan 82 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, dan 47 orang luka. Kerugian dan kerusakan infrastruktur ditaksir Rp 926 miliar. Kedua, banjir dan longsor di Sentani, Provinsi Papua pada 16 Maret 2019 yang menyebabkan 112 orang meninggal dunia, 82 orang hilang, dan 965 orang luka. Kerugian dan kerusakan infrastruktur mencapai Rp 668 miliar. Ketiga, banjir dan longsor di Bengkulu pada 27 April 2019 menyebabkan 29 orang meninggal dunia, 13 orang hilang dan 4 orang luka. Kerugian dan kerusakan sekitar Rp 200 miliar (data sementara).
“Secara statistik, dibandingkan tahun 2018 dalam periode yang sama kejadian bencana pada 2019 mengalami kenaikan 7,2 persen. Pada 2018 terjadi 1.480 bencana sedangkan 2019 terjadi 1.586 kejadian bencana. Untuk korban jiwa, juga terjadi kenaikan 192 persen dimana pada tahun 2018 terdapat 150 orang meninggal dunia dan hilang sedangkan pada 2019 korban meninggal dan hilang tercatat 438 orang. Begitu pula korban luka-luka juga mengalami kenaikan 212 persen. Korban luka pada tahun 2018 sebanyak 461 orang sedangkan tahun 2019 sebanyak 1.439 orang,” ujar Sutopo saat konferensi pers Penanganan Bencana di Graha BNPB, Jakarta, Selasa(30/04/2019).
BACA JUGA: Sulteng Membutuhkan Rp36 Triliun untuk Rekonstruksi dan Rehabilitasi Pascabencana
Menurut keterangan resmi yang diterima oleh Greeners, sebaran kejadian bencana per provinsi maka bencana paling banyak terjadi di Jawa Tengah (472 kejadian), Jawa Barat (367 kejadian), Jawa Timur (245 kejadian), Sulawesi Selatan (70 kejadian) dan Aceh (51 kejadian). Sedangkan sebaran bencana per kabupaten/kota, bencana paling banyak terjadi di Kabupaten Sukabumi (50 kejadian), Semarang (43 kejadian), Bogor (42 kejadian), Majalengka (38 kejadian) dan Temanggung (37 kejadian).
“Statistik bencana ini bukan hanya memuat angka-angka, namun memiliki makna bahwa ancaman bencana terus meningkat. Meningkatnya bencana pada tahun 2019 disebabkan adanya pemicu banjir dan longsor yaitu curah hujan yang deras. Kombinasi antara alam dan antropogenik menjadi penyebab utama meningkatnya bencana,” kata Sutopo.
BACA JUGA: 17 Pihak Tanda Tangani Nota Kesepahaman Pascabanjir Bandang Sentani
Sutopo mengatakan kejadian bencana terus meningkat di Indonesia. Dampak yang ditimbulkan bencana juga cukup besar. Oleh karenanya, bencana bukan saja menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan namun juga menimbulkan kerugian ekonomi yang menurunkan capaian pembangunan.
Menurut Sutopo, tingkat kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana besar masih rendah. Pasalnya, mitigasi baik struktural dan non struktural masih belum dijadikan prioritas dalam pembangunan di daerah. Sutopo menilai upaya penanganan bencana masih banyak menitikberatkan pada darurat bencana.
“Kejadian bencana yang terus meningkat hendaknya menjadi pembelajaran agar tidak terulang di masa mendatang. Jikapun terjadi lagi, dampak bencana dapat diminimalkan. Oleh karena itu pengurangan risiko bencana dan mitigasi bencana harus terintegrasi dalam pembangunan. Pengurangan risiko dan mitigasi bencana menjadi investasi dalam pembangunan,” katanya.
Penulis: Dewi Purningsih