Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi puncak La Nina pada Desember 2020 hingga Januari 2021. Puncak La Nina periode ini bersamaan dengan masuknya musim hujan di Tanah Air. Fenomena La Nina berpotensi meningkatan curah hujan hingga 40 persen di sebagian besar wilayah Indonesia. Lebih jauh, BMKG prediksi puncak musim hujan Indonesia pada Januari dan Februari 2021.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, catatan historis menunjukkan La Nina menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia. Peningkatan curah hujan mulai dari 20 persen hingga 40 persen di atas batas normal, bahkan bisa lebih. Walaupun demikian, lanjut Dwikorita, dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia.
Pada Oktober-November 2020, BMKG prediksikan peningkatan curah hujan bulanan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatra. Selanjutnya, pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina diramalkan terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
“Kita perlu mewaspadai puncak La Nina dan musim hujan ini dalam kisaran Desember, Januari, dan Februari,“ kata Dwikorita usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) melalui konferensi video mengenai Antisipasi Bencana Hidrometeorologi, Selasa (13/10/2020).
Pemerintah Dorong Masyarakat Gunakan Aplikasi Daring BMKG
Pemerintah melalui Kepala BMKG lantas mengimbau masyarakat mewaspadai dampak La Nina dengan memantau aplikasi BMKG untuk mengetahui prakiraan, prediksi, dan peringatan dini untuk skala mikro di wilayah masing-masing.
“Misalnya Bapak–Ibu tinggalnya di Kecamatan Johar di DKI Jakarta, itu kami juga menyiapkan prakiraan, prediksi, dan peringatan dini untuk skala mikro di level kecamatan. Mohon dicek selalu, dimonitor selalu informasi yang sampai level kecamatan ini melalui aplikasi mobile phone ‘Info BMKG’,” ajak Dwikorta.
Pada aplikasi berbasis seluler tersebut, lanjutnya, BMKG menyajikan informasi cuaca setiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia untuk tujuh hari ke depan. Prakiraan cuaca diperbarui setiap 3-6 jam. Selain itu, BMKG bekerja sama dengan Badan Penanggunalan Bencana Daerah (BPBD) mendesak pemerintah daerah untuk memastikan informasi perkembangan cuaca diterima masyarakat. BKMG dan BPBD juga meminta pemerintah daerah menyiapkan pendekatan guna mengantisipasi perkembangan tersebut.
Baca juga: Hari Pengurangan Bencana Internasional, BNPB Tagih Keterlibatan Semua Pihak
Presiden Joko Widodo Imbau Jajarannya Antisipasi La Nina
Dalam Ratas, Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya menyiapkan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi. Dia juga mengimbau instrumennya untuk memonitor dampak La Nina terhadap berbagai sektor di Tanah Air.
“Dampak dari La Nina ini terhadap produksi pertanian, agar betul-betul dihitung, (serta) terhadap sektor perikanan dan juga sektor perhubungan,” ujar Presiden Jokowi.
Dalam menghadapi kemungkinan bencana ini, Menteri Sosial (Mensos) Juliari P. Batubara menjelaskan Kementerian Sosial (Kemensos) menggalakkan Program Penanganan Bencana Berbasis Komunitas atau Community-Based Disaster Management (CBDM). Juliari mengklaim pihaknya menyiapkan 40ribu relawan serta kampung siaga di daerah rawan bencana.
“Intinya bahwa daerah-daerah rawan bencana tersebut bisa mengandalkan komunitasnya di dalam pada saat bencana datang maupun mitigasi terhadap bencana,” tutur Juliari.
Baca juga: UU Cipta Kerja Lelang Royalti 0 Persen Bagi Perusahaan Tambang
Selain itu, lanjutnya, Kemensos juga menyiapkan stok logistik dan peralatan, baik berupa makanan maupun peralatan dasar yang dibutuhkan pada saat bencana.
“Kami ada tiga gudang dan juga dilengkapi beberapa gudang yang di provinsi bekerja sama dengan pemda,” kata Juliari.
Pemerintah, lanjut Juliari, ingin memastikan masyarakat terdampak mendapat akses ke kebutuhan dasar saat bencana datang. Selain itu, Juliari memastikan pihaknya menyediakan masker dan peralatan alat proteksi diri agar tidak terjadi penularan Covid-19.
“Mungkin juga kami akan bekerja sama dengan Kemenkes khususnya. Apakah mungkin di lokasi-lokasi pengungsian, apabila ada lokasi pengungsian di tempat-tempat bencana kita lakukan misalnya testing? Apakah itu rapid test ataukah PCR,” tambah Juliari.
BMKG Pantau La Nina Bersama Pusat Layanan Iklim Mancanegara
Pada awal Oktober 2020, BMKG dan pusat layanan iklim lainnya seperti National Oceanic Atmospheric Administration, Amerika Serikat; Bureau of Meteorology, Australia; Japan Meteorological Agency, Jepang, telah memastikan terjadinya fenomena La Nina pada level moderat seiring awal musim hujan di Bumi Pertiwi.
Hingga akhir September 2020, pemantauan BMKG terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan perkembangan La Nina. Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir.
Dari hasil pantauan BMKG, nilai anomali La Nina telah melewati angka -0.5°C, yang menjadi ambang batas kategori La Nina. Perkembangan nilai anomali suhu muka laut di wilayah Pasifik tengah dan timur adalah -0.6°C pada bulan Agustus, dan -0.9°C pada bulan September 2020.
Penulis: Dewi Purningsih
Editor: Ixora Devi