Jakarta (Greeners) – Hasil pantauan dan analisa Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa sejumlah daerah di Indonesia telah diguyur hujan selama beberapa hari terakhir dan berdampak pada timbulnya bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor. Perubahan iklim diperkirakan turut mempengaruhi peningkatan curah hujan.
“Beberapa hari terakhir menunjukkan mulai tampak adanya aktivitas aliran massa udara dingin dari Asia (Monsun Dingin Asia) yang signifikan sehingga dampaknya mempengaruhi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. Disamping itu, seminggu ke depan diprediksi akan adanya aliran massa udara basah yang menjalar dari Barat Samudera Hindia menuju ke wilayah Indonesia bagian Barat yang dikenal dengan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO),” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R. Prabowo, Senin (10/12/2018).
BACA JUGA: BMKG Akan Merilis Informasi Peringatan Dini DBD Berbasis Iklim Awal Tahun 2019
Mulyono mengatakan, interaksi kedua fenomena tersebut ditambah dengan tingginya aktifitas gangguan tropis berupa sirkulasi dan pertemuan angin dapat menyebabkan dan meningkatkan potensi terjadinya hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, khususnya di Sumatera dan Jawa.
“Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang di beberapa wilayah Indonesia dalam periode seminggu ke depan (10 – 16 Desember 2018), antara lain di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur,” ujar Mulyono. Provinsi Bali, Kalimantan Barat dan Tengah serta wilayah Maluku juga akan berpotensi terjadi hujan lebat pada periode ini.
BACA JUGA: BMKG: Waspadai Peningkatan Curah Hujan
Selain itu potensi gelombang tinggi 2,5 hingga 4 meter diperkirakan terjadi di Perairan Utara Kep. Natuna, perairan barat Kep. Simeulue hingga Mentawai, perairan Bengkulu – Enggano, perairan barat Lampung, Samudera Hindia Selatan Jawa hingga Lombok.
Lebih lanjut, Mulyono mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak lanjutan yang dapat timbul dari kondisi cuaca tersebut, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
Perubahan Iklim Mempengaruhi Curah Hujan
Kepala Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG Kadarsah mengatakan bahwa perubahan iklim yang semakin parah turut mempengaruhi hujan lebat yang mengakibatkan banjir ini. “Perubahan iklim salah satu indikasinya meningkatnya peristiwa ekstrem berupa temperatur dan curah hujan yang ekstrem. Curah hujan yang ekstrem berpotensi menyebabkan bencana lainnya, seperti banjir, longsor, puting beliung, dan lainnya,” ujar Kadarsah saat dihubungi Greeners pada Selasa (11/12/2018).
Menurut Kadarsah indikasi perubahan iklim pada curah hujan ini bisa diukur melalui rata-rata curah hujan selama 30 tahun tergantung lokasi yang berbeda-beda. Seperti informasi data iklim bulan November lalu di Tasikmalaya curah hujan terakumulasi sebulan tertinggi 1.325 milimeter terjadi di Karang Nunggal, kecepatan angin sesaat tertinggi 43 kilometer per jam terjadi di Aceh, kelembapan udara rerata harian terendah 41,8% terjadi di Jatiwangi, Jawa Barat, hari kering terpanjang 149 hari terjadi di Bendungan Kelara, Sulawesi Selatan.
“Kalau dibuat kesimpulan rata-rata kuantitas setiap daerah tidak bisa karena setiap daerah di Indonesia memiliki kadar cuaca yang berbeda. Tapi bisa disimpulkan bahwa curah hujan yang terjadi saat ini intensitas dan akumulasinya dipengaruhi oleh perubahan iklim,” kata Kadarsah.
Penulis: Dewi Purningsih