Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan (pancaroba) dari musim kemarau ke musim hujan.
“Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan disertai petir dan angin kencang serta hujan es,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam siaran pers di Jakarta, baru-baru ini.
Dwikorita mengatakan, arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
Ia menyebut awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, lanjutnya, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
“Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” paparnya.
Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengatakan, wilayah Jabodetabek dapat mulai merasakan tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem. Selasa (21/9) hujan es yang disertai angin kencang terjadi di sekitar kota Depok dan menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya.
Citra satelit menganalisis kejadian tersebut terjadi karena adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus. Awan tersebut sangat aktif terbentuk di sekitar wilayah Jabodetabek mulai siang hari hingga menjelang sore. Akibatnya terjadi hujan dengan kategori sangat lebat dalam periode beberapa jam terjadi di wilayah Depok dan Bogor antara siang-sore hari.
BMKG Terus Perbarui Peringatan Dini Cuaca
BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem saat peralihan musim untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya pada (13/9). Selanjutnya mempertajam informasi peringatan dini dalam skala waktu harian.
Wilayah Jawa Barat pada (20/9) termasuk wilayah yang berpotensi hujan lebat. Selanjutnya BMKG mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem pada (21/9) yang meliputi wilayah Jabodetabek termasuk wilayah Depok dan sekitarnya mulai siang hari hingga malam hari.
Guswanto menjelaskan, fenomena gelombang atmosfer menyebabkan cuaca ekstrem teridentifikasi aktif di sekitar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Fenomena gelombang atmosfer tersebut yakni Madden Jullian Oscillation (MJO) dan gelombamg Rossby ekuatorial yang aktif di sekitar wilayah tengah dan timur Indonesia, gelombang Kelvin yang aktif di sekitar wilayah Jawa dan Kalimantan.
“Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konvektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut,” Ungkap Guswanto.
Guswanto memaparkan MJO, gelombang Rossby ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala luas di sekitar wilayah fase aktif MJO berada. Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia. Siklus MJO antara 30-40 hari, sedangkan pada Kelvin skala harian.
Sebaliknya, fenomena gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudera Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Ketika gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Tingkatkan Kewaspadaan Cuaca Ekstrem
Guswanto menyebut hujan lebat dengan kilat/petir/angin kencang berpotensi menguyur sebagian besar wilayah Indonesia sepekan ke depan. Daerah-daerah tersebut yaitu, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Daerah lain yang mengalami potensi serupa yakni di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Wilayah lainnya, yaitu Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Guswanto mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem selama musim pancaroba. Hal tersebut guna menghindari risiko korban jiwa akibat cuaca ekstrem. BMKG terus memperbarui informasi mengenai cuaca. Masyarakat bisa mengaksesnya melalui aplikasi Info BMKG.
“Saat angin kencang, bagi pengendara lebih baik menepi dulu untuk menghindari risiko pohon atau baliho tumbang. Bagi para nelayan juga waspada gelombang tinggi. Jangan memaksakan melaut jika cuaca sedang buruk. Update terus informasi melalui InfoBMKG untuk mengetahui prakiraan cuaca di seluruh wilayah Indonesia,” ungkapnya.
Penulis : Ari Rikin