Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa bulan Juni menjadi awal masuknya musim kemarau 2017 di sebagian besar wilayah Indonesia. Deputi Bidang Klimatologi BMKG Drs. R. Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, berdasarkan prakiraan BMKG memang terjadi pergeseran puncak musim kemarau pada tahun 2017.
Bila dibandingkan dengan data tahun 1981 hingga tahun 2010 puncak musim kemarau biasanya terjadi mulai Juni, Juli, hingga Agustus, tahun ini puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September. Meski demikian, wilayah Indonesia yang berada di utara khatulistiwa masih tinggi berpeluang hujan. Artinya, meskipun saat ini sudah masuk musim kemarau, tapi jenisnya kemarau normal atau masih berpeluang hujan tapi tidak merata.
BACA JUGA: Gempa 6,3 SR Guncang Jawa Barat Hingga Jakarta
Hingga Mei 2017, curah hujan menurun meski masih ada di beberapa daerah mencapai 200-300 milimeter (mm) per bulan, seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Berdasarkan catatan BMKG, pada masa itu sudah termonitor titik panas kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Perkiraan kemarau di wilayah Indonesia pada tahun ini tidak akan sekering pada tahun 2015. Namun, juga tidak akan sebasah pada tahun 2016,” terang Mulyono kepada Greeners, Jakarta, Selasa (13/06).
Ia juga menjelaskan, prakiraan curah hujan pada periode tersebut di tiga provinsi di Sumatera yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan akan rendah antara 20 hingga 50 mm/bulan. Sedangkan curah hujan di tiga provinsi di Kalimatan (Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan) ada dalam kondisi menengah antara 50 hingga 100 mm/bulan. “Pada masa seperti ini antisipasi karhutla harus dilakukan,” tambahnya.
BACA JUGA: BMKG: Masyarakat Tidak Perlu Khawatir Isu Equinox
Menurut Mulyono, berdasarkan prakiraan hujan dasarian (rentang waktu) BMKG pada minggu ke-2 hingga minggu ke-1 Juli 2017, curah hujan akan menurun dari kisaran menengah hingga rendah. Wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan bagian selatan Papua tampak berwarna kuning hingga cokelat tua yang menunjukkan curah hujan menengah hingga rendah.
Indeks gabungan El Nino dan Southern Oscillation (ENSO) hingga Mei III 2017 berada di angka 0,5, menunjukkan kondisi normal. Suhu permukaan temperatur laut (Sea Surface Temperature/SST) di Pasifik Tengah dan Timur mulai menunjukkan anomali positif. Namun, menurut dia, masih dalam kisaran normal.
Indeks Dipole Mode hingga Mei 2017 normal dan prediksi BMKG dari Juni hingga November 2017 juga ada dalam kondisi normal. Namun, NASA memprediksi indeks Dipole Mode dari Juni hingga November 2017 akan ada dalam kondis positif kuat.
Penulis: Danny Kosasih