BMKG: Indonesia Berpeluang Mengalami Gempa Seperti Ekuador

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: flickr.com

Jakarta (Greeners) – Beberapa waktu lalu, gempa bumi berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) mengguncang Ekuador dan menewaskan setidaknya 77 orang. Gempa tersebut terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng, yaitu Lempeng Nazca yang menyusup ke bawah Lempeng Amerika Selatan.

Melihat peristiwa tersebut, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa Indonesia juga memiliki kesempatan yang sama mendapatkan guncangan gempa seperti Ekuador. Hal ini dikarenakan Indonesia juga memiliki banyak subduksi lempeng aktif.

“Indonesia memiliki cukup banyak lempeng aktif sehingga potensi terjadinya gempa kuat akibat aktivitas subduksinya juga sangat besar,” kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, saat dihubungi oleh Greeners, Jakarta, Senin (18/04).

Subduksi lempeng aktif Indonesia, terusnya, tersebar di sejumlah titik wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya terdeteksi di barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain itu, di lengan utara Sulawesi juga ada subduksi lempeng termasuk subduksi dobel di laut Maluku. “Di utara Papua juga ada subduksi lempeng aktif,” tambahnya.

Sebagai informasi, gempa bumi yang terjadi di Ekuador terjadi pada Sabtu (16/04) sekitar pukul 07.00 malam waktu setempat atau pada pukul 06.58.37 WIB. Guncangan kuat dari gempa ini juga dirasakan di sejumlah kota besar, seperti Rosa Zarate, Propicia, Santo Domingo de los Colorados, Guayaquil dan Quito.

Laporan United States Geological (USGS), gempa bumi berkekuatan 7,8 SR itu pusatnya ada di koordinat 0,371 derajat Lintang Utara dan 79,940 derajat Bujur Barat. Tepatnya pada 27 kilometer arah Tenggara kota Muisne, Ekuador, dengan kedalaman hiposenter 19,2 kilometer.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Greeners, Daryono menyebutkan bahwa berdasarkan analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi di Ekuador dipicu oleh mekanisme penyesaran naik (thrust fault). Dari tatanan tektonik dan data hiposenter gempa bumi, diduga kuat kalau gempa ini terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng.

“Catatan kegempaan Ekuador menunjukkan bahwa hampir seluruh gempa bumi kuat yang terjadi di Ekuador memang disebabkan oleh aktivitas subduksi lempeng. Dalam hal ini, Lempeng Nazca menyusup ke bawah Lempeng Amerika Selatan. Subduksi lempeng ini cukup aktif dengan laju penunjaman 40 – 53 mm per tahun,” tutupnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top