Jakarta (Greeners) – Meningkatnya suhu Bumi membuat es yang ada di Samudra Arktik semakin berkurang. Hal ini membawa dampak besar pada fauna yang berhabitat di sana salah satunya beruang kutub. Dalam sebuah studi di Jurnal Nature Climate Change, disebutkan bahwa mamalia laut tersebut akan musnah pada akhir abad ini bila manusia tidak segera menangani krisis iklim.
Mengutip forbes.com, hampir semua subpopulasi beruang kutub yang tersebar di wilayah terdingin dunia dapat punah pada 2100. Hal itu terjadi akibat kiamat iklim yang terus mengikis es di lautan. National Snow and Ice Data Center mencatat bahwa es di lautan Arktik telah berkurang sebanyak 13 persen setiap dekade sejak 1970-an.
Baca juga: Limbah Domestik dan Sampah Plastik Turunkan Kualitas Air Kali Surabaya
Jika melihat emisi gas rumah kaca yang kian tinggi, hanya akan ada sejumlah populasi beruang kutub yang selamat dari kepunahan. Walaupun manusia berhasil mencapai pengurangan emisi dengan target moderat, populasi beruang kutub dinilai tetap akan hilang.
Di habitatnya, beruang kutub sangat bergantung pada es yang ada di lautan untuk bepergian, berburu makanan, beristirahat, dan kawin. Namun, akibat perubahan iklim yang terjadi, tempat tinggal mereka semakin lama semakin menyusut. Hal ini membuatnya terdaftar sebagai spesies yang terancam punah berdasarkan Endangered Species Act, Amerika.
Hilangnya es di kutub memaksa beruang untuk bertahan dalam periode puasa yang lebih lama karena mereka mengandalkan permukaan beku untuk berburu anjing laut atau sumber makanan utama. Melansir dari nature.com, luasan es tempat berburu anjing laut diperkirakan akan menurun seiring dengan pemanasan global dan hilangnya es di laut yang terus berlanjut.
Meski beruang kutub dapat berpuasa selama berbulan-bulan, kelangsungan hidup mereka juga terbatas. Hal ini bergantung pada seberapa banyak energi yang berhasil disimpan melalui makan sebelumnya, energi yang mereka keluarkan selama tak makan, dan lama periode puasa berlangsung.
Kemampuan puasa yang berkepanjangan ini bukan merupakan hal yang bagus. Periode tanpa makan yang berkepanjangan telah terbukti berdampak negatif pada kondisi tubuh, tingkat reproduksi, dan ukuran populasi beruang kutub.
Baca juga: Energi Baru Terbarukan Kalah Saing dengan Energi Fosil
Dr Steven Amstrup, Kepala ilmuwan Polar Bears International dalam bbc.com mengatakan induk beruang kutub tidak akan mampu menghasilkan susu yang cukup untuk diberikan kepada anak-anaknya akibat kurangnya lemak di tubuh. Defisiensi tersebut diakibatkan oleh semakin sedikitnya sumber pangan mereka, yaitu anjing laut.
“Terancamnya populasi beruang kutub adalah pengingat lain bagi kita agar bertindak sekarang untuk mencegah terjadinya masalah terburuk yang akan terjadi di masa depan,” kata Amstrup.
Di ekosistem, beruang kutub berperan sebagai pemangsa di tingkat puncak. Mereka merupakan binatang karnivora yang bertugas untuk menjaga keseimbangan populasi biologis. Beruang kutub juga merupakan penentu sehat atau tidaknya suatu lingkungan. Jika spesies kunci tidak sehat, menandakan seluruh ekosistem berpotensi dalam masalah.
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
Editor: Devi Anggar Oktaviani