Bandung (Greeners) – Bagi sebagian orang, Lebaran sering dijadikan momentum untuk pulang kampung atau yang biasa disebut dengan mudik. Setiap musim mudik datang, jalan-jalan di jalur selatan dan utara Jawa tidak pernah luput dari pemberitaan karena membludaknya jumlah kendaraan bermotor yang digunakan pemudik.
Namun, cara mudik ini akan berbeda bila pemudiknya adalah penggemar sepeda. Alih-alih memilih menggunakan moda trasportasi publik atau kendaraan bermotor, beberapa di antara mereka tetap memilih sepeda sebagai kendaraan untuk pulang kampung. Jarak ratusan kilometer rela ditempuh dengan mengayuh sepeda, demi dapat berlebaran bersama sanak saudara di kampung halaman.
Agus Septian salah satunya. Mahasiswa salah satu universitas swasta di Bandung ini rela menempuh jarak lebih dari 400 kilometer dengan sepeda besi buatan dalam negeri bermerek Federal, demi berlebaran di kampung halaman orang tuanya di Magelang, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Tiap hari kan pulang pergi kuliah pakai sepeda. Setahun sekali nyobainlah bersepeda jauh, mumpung momentumnya pas,” ungkap Agus saat ditemui di Bikepacker Shop, Bandung, Kamis (28/07) lalu.
Untuk mudik dengan sepeda, Agus yang merupakan salah seorang pengurus bike to campus Bandung ini mengaku tidak melakukan persiapan khusus. Dia menuturkan bahwa dirinya hanya cukup menjaga kondisi badan agar tetap fit.
“Enggak ada persiapan yang spesial, cuma latihan biasa saja pake onthel, nabung sejak dulu, sama tanya-tanya rute ke peturing yang sudah sering lewat jalur yang sama,” tuturnya.
Perjalanan mudik bersepeda ini merupakan perjalanan mudik pertama Agus dengan sepeda. Selain untuk menguji kemampuannya bersepeda jarak jauh, pria yang aktif di beberapa gerakan pelestarian lingkungan ini menjadikan faktor lingkungan sebagai alasannya.
“Saya kan aktif di beberapa gerakan lingkungan, jadi yah naik sepeda sebagai tanda cinta saya pada lingkungan dengan tidak bikin polusi,” ujarnya.
Agus sangat berharap jika di tahun-tahun berikutnya, semakin banyak orang yang memilih mudik dengan bersepeda agar tidak ada lagi kemacetan dan peningkatan polusi udara.
(Rifki A. Fahmi)