Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 400 bencana terjadi hingga Minggu ketiga Februari 2020. Bencana hidrometeorologi khususnya banjir mendominasi hingga mengakibatkan 94 korban meninggal dunia dan 2 orang dinyatakan hilang.
Agus Wibowo Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB mengatakan bencana hidrometeorologi tersebut terdiri dari 171 kejadian banjir, 155 bencana puting beliung, 98 tanah longsor, dan gelombang pasang atau abrasi. Dari sejumlah kejadian, banjir merupakan bencana yang paling banyak menelan korban. Sebanyak 86 orang meninggal dunia, 5 orang menjadi korban tanah longsor, dan 3 korban terdampak puting beliung.
BNPB mencatat dari awal tahun hingga 10 Februari 2020, banjir memberikan dampak terbesar dibandingkan bencana lain. Distribusi jenis bencana selain hidrometeorologi, yakni 28 kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta gempa bumi. Jumlah total bencana sepanjang awal tahun Januari hingga Minggu ketiga Februari 2020 berjumlah 455 kejadian.
Baca juga: Pemerintah Siapkan Langkah-langkah Penanganan Banjir Banten
Hujan yang mengguyur dari Jumat (7/2) hingga Sabtu (8/2) dengan intensitas tinggi memicu terjadinya banjir di 23 kecamatan di wilayah DKI Jakarta. Wilayah tersebut di antaranya, Jakarta Timur berjumlah 20 (8 kecamatan), Jakarta Utara 9 (6 kecamatan), Jakarta Selatan 8 (5 kecamatan), Jakarta Barat 5 (2 kecamatan), dan Jakarta Pusat 3 (2 kecamatan). Ketinggian air juga beragam di beberapa titik di wilayah terdampak, seperti di wilayah Jakarta Timur ketinggian air 10 hingga 170 sentimeter.
Banjir terjadi karena luapan dari Sungai Ciliwung, Sunter, Buaran, dan Kali Jati Kramat. Data BNPB mencatat sebanyak 891 Kepala Keluarga atau sekitar 2.867 jiwa terdampak akibat banjir. “Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan banjir yang terjadi di 15 kelurahan di Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Ada 1.730 KK atau 4.784 jiwa yang terdampak banjir dengan ketinggian banjir mencapai dua meter,” ujar Agus, di Jakarta, Senin (10/02/2020).
Sementara, berdasarkan analisa spasial distribusi curah hujan BMKG, hingga akhir Januari 2020 sebesar 99 persen wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Sedangkan satu persen wilayah lainnya masih mengalami musim kemarau. Hujan harian dengan intensitas sedang hingga lebat ini akan terus terjadi hingga 13 Februari 2020.
Beberapa wilayah yang sudah memasuki musim hujan meliputi Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur, Pulau Kalimantan, sebagian besar Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati mengatakan hujan lebat yang saat ini sedang terjadi diakibatkan karena siklon tropis Damien. Siklon yang tumbuh di sekitar Samudera Hindia ini bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 12 kilometer per jam pada Kamis lalu (6/2). Prediksi 24 jam atau tepatnya 7 Februari 2020, pukul 19.00 WIB, siklon ini tetap bergerak ke barat daya dan menjauhi wilayah Indonesia dengan kecepatan 140 km per jam.
Siklon tropis Damien berdampak terhadap cuaca di Indonesia berupa hujan berintensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa bagian Timur, Bali, NTB, dan NTT. Di samping itu, gelombang laut dengan ketinggian 1,25 hingga 2,5 meter terjadi di Samudera Hindia atau sekitar wilayah perairan Jawa Timur, Bali, NTB, selatan Kupang, Rote, dan selatan Laut Sawu.
Baca juga: Adaptasi Banjir Harus Libatkan Masyarakat
“Di samping siklon tropis Damien, BMKG memonitor terjadinya bibit siklon tropis lainnya dengan kode 92S di perairan barat Australia yang bergerak ke arah barat daya. Siklon ini berpotensi pada terjadinya hujan dengan intensitas lebat maupun hujan lebat disertai angin kencang dan petir,” ujar Dwikorita.
Selain berdampak pada korban jiwa, sejumlah bencana hidrometeorologi mengakibakan kerusakan infrastruktur tempat tinggal dan fasilitas lain, seperti pendidikan, kesehatan, perkantoran, dan jembatan. Jumlah total rumah yang rusak dengan kategori rusak berat (RB) mencapai 2.512 unit, rusak sedang (RS) 1.725 unit, dan rusak ringan 6.707 unit. Sedangkan kerusakan infrastruktur lain, yakni 142 fasilitas pendidikan, 121 tempat peribadatan, 47 perkantoran, dan 11 fasilitas kesehatan.
Dari total kerusakan ini, lima rumah dengan kategori rusak sedang disebabkan karena gempa bumi. Sedangkan sisanya disebabkan bencana hidrometeorologi. Sementara, sebanyak 994.932 orang tercatat menderita dan mengungsi akibat bencana. Tiga wilayah provinsi dengan jumlah bencana tinggi, yaitu Jawa Tengah dengan jumlah 119 kejadian, Jawa Barat 72 bencana, dan Jawa Timur 69 bencana.
Penulis: Dewi Purningsih
Editor: Devi Anggar Oktaviani