Jakarta (Greeners) – Beberapa hari belakangan ini, nama Kota Bekasi menjadi perbincangan yang cukup hangat di kalangan pengguna media sosial (medsos). Mulai dari jarak antara Bekasi dan Jakarta yang cukup jauh, hingga suhu panas dan infrastruktur yang kurang baik pun menjadi bahan bulan-bulanan para netizen (pengguna internet, Red.).
Menanggapi fenomena “meme” tersebut, Environment Activist Bekasi Berkebun, Annisa Paramita, menyampaikan pendapatnya. Menurutnya, jika dilihat dari sudut pandang komunitas yang bergerak di bidang lingkungan, “meme” yang banyak beredar di medsos belakangan ini sebenarnya adalah fakta yang diabaikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah kota.
Ia mengatakan, saat ini Kota Bekasi menuju pada perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi perumahan maupun pusat perbelanjaan yang bertebaran hingga ke sudut kota.
“Tapi sayangnya, dari sisi infrastrukturnya tidak menyeluruh sehingga menyebabkan ketimpangan di sana-sini,” ujar Annisa kepada Greeners, Jakarta, Minggu (12/10).
Menurut Annisa, pembangunan massal ini menyebabkan perubahan cuaca yang ekstrim karena lahan hijau yang seharusnya menjadi paru-paru Kota Bekasi telah banyak berkurang. Ia mengingatkan bahwa ketika ada pohon yang ditebang untuk pembukaan lahan demi pembangunan, sebaiknya dibuat juga lahan hijau sebagai penggantinya.
“Taman kota di Bekasi juga sama. Untuk sekarang, kan ada di Gelanggang Olahraga (GOR) dan di alun-alun. Namun, itu masih enggak cukup,” ujarnya.
Annisa menjelaskan bahwa saat ini masyarakat dituntut untuk ikut serta melakukan gerakan penghijauan yang bisa dimulai dari rumah dengan cara menanam atau berkebun. Dengan demikian, diharapkan “virus” berkebun itu nantinya dapat dilakukan secara kolektif di RT-RW.
“Meski lingkupnya terlihat kecil, tapi bayangkan kalau setiap RT-RW di Bekasi menggalakkan aksi ini,” katanya.
Menanggapi fenomena ini, pihak pemerintah Kota Bekasi sendiri mencoba menggalang dukungan dari warganya melalui akun resmi pemerintah kota Bekasi, @pemkotbekasi. Admin akun ini mengajak warga Bekasi untuk menyebarkan dukungan dengan tanda pagar #IniBekasiKu dan #saveBekasi.
“Tuips, akhir2 ini bekasi sering di bully. Utk support, yuk tuip twet ttng bekasi dgn hastag #IniBekasiKu” tulis akun @pemkotbekasi pada 10 Oktober 2014.
Sebelumnya, Kota Bekasi menjadi candaan dan bahan “bully” di media sosial, seperti Twitter, Path, Instagram dan Facebook. Banyak meme, yaitu foto yang disertai dengan kata-kata, yang menggambarkan buruknya Kota Bekasi untuk mengkritik kondisi kota tersebut. Bahkan “Bekasi” sempat menjadi trending topic twitter sehingga makin luas dibicarakan.
(G09)