Pasuruan (Greeners) – Wilayah Kabupaten dan Kota Madya Pasuruan, Jawa Timur, merupakan daerah rawan bencana banjir. Setiap musim hujan, desa-desa dan dan sejumlah kelurahan di sembilan hingga sepuluh kecamatan selalu dilanda banjir.
Banjir di daerah ini secara umum akibat luapan sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berhulu di kawasan Gunung Bromo dan Gunung Arjuno dan bermuara di laut utara Jawa. Selain luapan sungai, pasang air laut, drainase buruk dan pendangkalan sungai juga menyebabkan banjir.
Kecamatan-kecamatan rawan banjir berada di sebelah utara, diantaranya Beji, Bangil, Rembang, Kraton, Rejoso, Nguling, Kejayan, Winongan dan tiga kecamatan di wilayah kotamadya. Banjir semakin parah dan lama surut jika hujan lebat di hulu seperti Purwodadi, Purwosari, Prigen dan Lawang Kabupaten Malang serta kawasan pegunungan bersamaan dengan pasang air laut.
BACA JUGA: 10,2 Juta Penduduk Belum Sejahtera Tinggal di Kawasan Hutan
Baru-baru ini, pada Kamis 5 Januari 2017 lalu, banjir besar melanda kawasan Purwosari. Banjir parah di dataran tinggi ini sebelumnya tidak pernah terjadi. Banjir akibat luapan Sungai Surak yang melintas di sisi selatan Jalur Surabaya – Malang ini menghancurkan lima bangunan rumah dan warung serta jalan paving di Desa Kertosari, Kecamatan Purwosari. Luapan air juga merendam jalan raya hingga 30 sentimeter dan melumpuhkan lalu-lintas.
Banjir Purwosari mengagetkan sejumlah pihak. Bupati Pasuruan HM Irsyad Yusuf terjun langsung ke lokasi bersama sejumlah pejabat terkait untuk memastikan penanganan dampak banjir berlangsung cepat dan bantuan segera disalurkan. Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf juga meninjau lokasi banjir. “Banjir (di Purwosari) ini terbesar dalam hidup saya,” kata Saifullah saat datang ke lokasi terparah terdampak banjir di Desa Kertosari, Jumat 6 Januari 2017.
Saat di lokasi, pria asli Purwosari, Kabupaten Pasuruan ini meminta penjelasan dari sejumlah pejabat Pemkab Pasuruan terkait banjir. Saifullah Yusuf juga memimpin rapat penanganan dan pencegahan banjir.
“Saya ke sini ingin tahu penyebab banjir. Selama ini daerah Purwosari tidak pernah banjir separah ini. Tidak pernah sungai sampai meluap setinggi ini. Ada banyak sebab, salah satunya banyaknya alih fungsi lahan di hulu sehingga penyerapan air tidak maksimal. Air hujan langsung turun ke bawah. Saya minta alih fungsi lahan ini segera dihentikan,” kata Saifullah Yusuf.
Sayangnya, dia tidak menyebutkan rincian luas areal dan titik-titik alih fungsi lahan dan peruntukannya. Ia juga tidak merinci penebangan hutan untuk membuka lahan tersebut terdapat di kawasan Perhutani atau Taman Hutan Raya R. Soerjo.
“Selain alih fungsi lahan, banjir juga kerap terjadi karena pendangkalan dan penyempitan sejumlah sungai. Sungai-sungai besar yang ada di Pasuruan butuh segera dinormalisasi, itu kewenangan Pemprov dan Pemerintah Pusat,” jelasnya.
BACA JUGA: Menteri Siti Nurbaya Evaluasi Pengelolaan Hutan yang Dikelola BUMN
Selain membagikan bantuan, wagub dan bupati juga mengajak warga melakukan kerja bakti membersihkan material jalan yang rusak diterjang banjir.
Terkait alih fungsi lahan, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengatakan, pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk mencegah alih fungsi lahan secara langsung. Ia hanya melakukan penyadaran kepada warga sekitar gunung agar tidak melakukan penebangan liar. Penyadaran dilakukan oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Santri Tanggap Bencana (Santana). “Kami juga arahkan CSR perusahaan agar konsentrasi melakukan penanaman pohon di hulu,” katanya.
Irsyad mengakui, Kabupaten Pasuruan daerah rawan banjir. Karena itu, banyak upaya sudah dilakukan termasuk terus memastikan sistem tanggap bencana bekerja dengan baik dan cepat. “Selain itu kami terus mengusulkan normalisasi sungai-sungai besar seperti Sungai Kedunglarangan, Sungai Rejoso, Sungai Welang dan sungai-sungai lainnya,” katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, banjir Purwosari terjadi usai hujan lebat dengan intensitas 127 mm/jam selama dua jam. Selain derasnya arus air, banyaknya sampah di sungai dan jembatan kayu yang tersapu arus menyumbat sejumlah saluran sehingga air meluap ke jalan raya setinggi 30 meter. Arus deras juga menghantam sejumlah rumah warga di seberang jalan raya Jalur Surabaya – Malang.
“Material sisa banjir, bongkahan-bongkahan kayu dan sampah-sampah organik maupun anorganik sudah kami bersihkan. Kami kerahkan alat berat dan ratusan personel,” kata Bakti.
Penulis: MA/G12