Jakarta (Greeners) – Banjir bandang yang melanda Pakistan sejak Jumat (26/8) menewaskan 1.000 jiwa dan 30 juta orang terdampak. Dari bencana banjir Pakistan tersebut, Indonesia harus memperkuat mitigasi cuaca ekstrem pemicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Ditambah lagi dampak perubahan iklim membuat intensitas kejadian cuaca ekstrem meningkat.
Banjir Pakistan yang luar biasanya dampaknya tersebut kini berstatus darurat nasional. Menteri Iklim Negara Pakistan Sherry Rehman dalam video yang diunggah di Twitter menyatakan, hujan yang mematikan ini imbas dari bencana iklim. Selain peristiwa cuaca ekstrem berupa gelombang panas dan bencana lainnya seperti kebakaran hutan, banjir, ledakan danau glasial dan monsun monster yang melanda tiada henti.
Puluhan ribu orang, utamanya pada kawasan Charsadda dan Nowshehra telah dievakuasi di gedung-gedung pemerintah. Tak hanya itu, banjir ini juga menghancurkan 100 rumah dan kurang lebih 50 hotel.
Plt Deputi Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko menyatakan, hujan monsun menjadi salah satu penyebab banjir Pakistan. Kondisi hujan lebat berturut-turut terjadi dalam beberapa minggu selama bulan Juli.
Fenomena hujan monsun ini terjadi karena sistem sirkulasi angin yang berganti arah dalam kurun waktu setahun dua kali dan berlangsung awal Juni.
Urip menyebut, hujan monsun menyebabkan potensi hujan besar penyebab banjir juga pernah Indonesia alami. “Indonesia sudah sering mengalami banjir besar yang bersamaan dengan hujan monsun,” katanya kepada Greeners, Selasa (30/8).
Lebih lanjut tambahnya, fenomena monsun, yakni monsun Asia menjadi salah satu penyebab musim hujan di Indonesia. Ciri tipe hujan monsun tersebut adanya perbedaan antara periode musim hujan dengan musim kemarau dalam satu tahun.
Tipe hujan ini terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan, seperti di ujung Pulau Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku selatan. Monsun barat biasanya lebih lembab dan banyak menimbulkan hujan daripada monsun timur.
Sejumlah Penyebab Hujan Esktrem di Indonesia
Urip menyebut, banjir di Indonesia tak hanya karena hujan monsun, tapi juga tipe lain seperti hujan lokal di daerah Bogor yang bisa menyebabkan banjir besar.
“Selain itu juga dipengaruhi oleh intensitas, merata tidaknya, hingga variabilitas yang tinggi, apakah itu hujan ringan, sedang, lebat atau sangat lebat,” tuturnya.
Selain itu, sambung dia perubahan iklim meningkatkan intensitas dan frekuensi hujan ekstrem, seperti halnya pada banjir Pakistan. “Hujan akumulasi di banyak tempat tercatat beberapa kali lipat dari normalnya yang menunjukkan anomali atau tingkat ekstrem tinggi. Ini bisa diduga terkait dengan perubahan iklim,” ungkapnya.
Urip juga mengingatkan, agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana yang terkait dengan hidrometeorologi, seperti banjir ini. “Bagi daerah yang rawan longsor dan banjir agar tetap waspada. Berdasarkan kebijakan Kementerian PUPR dan pemda agar mengendalikan air yang turun ke bumi dengan mulai dari memperbaiki saluran air, hingga memastikan tak ada deforestasi,” imbuhnya.
Belajar dari Banjir Pakistan, Kenali Karakteristik Hujan di Indonesia
Berangkat dari banjir Pakistan, Indonesia harus belajar dan memperkuat mitigasi cuaca ekstrem. Apalagi kejadiannya meningkat dari tahun ke tahun.
Pengamat lingkungan dari Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani menyatakan, setahun terakhir Indonesia mengalami La Nina sehingga curah hujan di sebagian wilayah Indonesia lebih basah.
Selain itu, sambung dia Indonesia sempat mengalami monsoon Asia dan ITCZ yang meningkatkan curah hujan pada awal tahun 2022. “Siklon di perairan Australia juga berpengaruh pada curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan,” kata Emilya.
Ia menambahkan, secara geografis curah hujan di suatu wilayah dapat pengaruhi dari beberapa faktor, seperti ketinggian wilayah, barisan pegunungan dan luasan daratan serta perairan dan jarak dari sumber air. Ada juga faktor regional seperti monsoon Jullian-Madden Oscillation, Inter Trade Convergen Zone (ITCZ) serta siklon tropis.
Ia menyebut, faktor regional ini kerap menimbulkan hujan lebat hingga ekstrem di Indonesia. “Misalnya hujan ekstrem di Indonesia berhubungan dengan siklon tropis (Dahlia, Cempaka, Seroja) yang meningkatkan hujan hingga 340 mm/hari,” imbuhnya.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin