Jakarta (Greeners) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengoperasikan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) demi mengurangi dampak banjir di Demak, Jawa Tengah. Pada operasi ketiga, BNPB kembali menyemai bahan Natrium Clorida (NaCl) sebanyak tiga ton. Penyemaian tersebut melalui tiga kali sortie selama kurang lebih tujuh jam penerbangan.
Sortie pertama, penyemaian NaCl mereka lakukan di atas langit wilayah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, tepatnya di area Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri. Penyemaian selanjutnya di wilayah Provinsi DIY Yogyakarta serta Kabupaten Klaten di Jawa Tengah dengan ketinggian jelajah 12 ribu kaki.
BACA JUGA: BNPB Catat Ada 277 Kejadian Bencana Alam hingga Februari
Selanjutnya, sortie kedua BNPB melakukan penyemaian di wilayah Laut Jawa dan bagian utara Kota Semarang dengan ketinggian 10 ribu kaki. Sortie ketiga, tim BNPB menyemai NaCl di wilayah Solo Raya, DIY Yogyakarta, Kabupaten Magelang, dan Wonosobo pada ketinggian jelajah 12 ribu kaki.
“Pelaksanaan operasi TMC mulai kami lakukan pada Kamis (15/2) menggunakan pesawat cessna 208 caravan bernomor lambung PK-SNM dari Lanud Ahmad Yani di Semarang,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari lewat keterangan tertulis.
Berdasarkan kajian dari Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jawa tengah, area penyemaian dipilih karena berada di wilayah hulu yang tidak rawan longsor dan banjir. Wilayah yang meliputi Demak, Blora, Sragen, Salatiga dan Banjarnegara diprediksi masih terjadi hujan. Intensitasnya mencapai 7,1 – 9,8 mm per hari.
Dua Target Utama TMC
Direktur Sumber Daya Darurat, Kedeputian Penanganan Darurat BNPB, Agus Riyanto mengatakan, operasi TMC merupakan cara untuk mengurangi potensi dampak risiko bencana hidrometeorologi basah. Ada dua fokus utama yang menjadi target pelaksanaan TMC.
Pertama, mengupayakan debit sungai dari wilayah hulu yang berhilir di Demak tidak kembali naik pada saat proses penutupan tanggul yang jebol. Sebab, upaya penutupan tanggul jebol penyebab banjir akan terkendala dan dikhawatirkan banjir semakin lama tertangani.
“Demak ini di hilir, hulunya ada dari Blora, Grobogan, dan Salatiga. Jadi TMC ini, kami lakukan dengan fokus utama bagaimana kami memantau percepatan penutupan tanggul yang jebol. Dengan demikian, kami mengupayakan wilayah hulu agar tidak hujan,” jelas Agus.
BACA JUGA: 3.964 Rumah di Kabupaten Ketapang Terendam Banjir
Fokus kedua yang BNPB lakukan yakni soal pengungsian warga terdampak. Mereka terus berupaya agar warga tidak tergenang banjir. Tercatat pada Sabtu (16/2), ada 25.518 jiwa yang mengungsi di berbagai titik, mulai gedung-gedung pemerintahan maupun tenda mandiri di sepanjang tanggul. Banjir masih menggenangi lokasi tersebut.
“Kami juga membantu mengkondusifkan area pengungsian dari genangan. Kemudian, membantu mengurangi curah hujan agar tidak ada genangan,” jelas Agus.
Wilayah Terdampak Banjir di Demak Berkurang
Menurut hasil laporan kaji cepat BPBD Jawa Tengah, wilayah banjir Kabupaten Demak pada Sabtu (16/2) sudah berkurang. Wilayah terdampak berkurang dari delapan menjadi tiga kecamatan, yakni Karanganyar, Mijen, dan Gajah.
“Penurunan wilayah terdampak banjir juga diikuti dengan berkurangnya jumlah pengungsi dari 27.389 menjadi 24.359 jiwa yang tersebar di 139 titik,” ujar Muhari.
Adapun Jalur Pantura Demak-Kudus kini sudah bisa dilalui kendaraan roda empat. Namun, masih terdapat genangan di beberapa titik dengan ketinggian 10-30 cm. Kemudian, terkait progres pembangunan atau penutupan tanggul jebol pun sudah mencapai 80%.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia