Jakarta (Greeners) – Badan Pengelola Reduksi Emisi Deforestasi dan Degradasi hutan (BP REDD+) mendorong terbentuknya Asosiasi Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan (APIK) Indonesia sebagai mitra dalam bekerjasama dengan Kementerian serta Lembaga terkait dalam upaya penanganan perubahan iklim dari sektor kehutanan.
Kepala BP REDD+, Heru Prasetyo, mengatakan, sebagai sebuah jejaring peneliti, akademisi, ahli dan aktivis, APIK dan mitra-mitranya memiliki peran yang sangat penting bagi penanganan perubahan iklim dari sektor kehutanan. Selain itu, lanjutnya, APIK juga diharapkan dapat menjadi think tank bagi penyediaan data ilmiah guna pengambilan keputusan, baik untuk dibawa ke forum negosiasi internasional maupun untuk perumusan kebijakan.
“APIK akan menjadi agent of change menuju pembangunan rendah emisi dan tingkat ketahanan terhadap perubahan iklim, sekaligus menjadi information hub bagi para ahli dan pelaku lainnya di bidang perubahan iklim dan kehutanan,” terang Heru saat menghadiri Seminar Nasional “Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Menuju Tata Kelola Hutan dan Lahan Lestari” di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa (18/11).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Prof. San Afri Awang, mengungkapkan, begitu kayanya topik yang dibahas dalam seminar ini membuktikan begitu banyaknya data dan temuan yang telah berhasil diolah oleh para akademisi di universitas-universitas di seluruh Indonesia.
Tidak terbantahkan lagi bahwa perguruan tinggi, lembaga penelitian dan lembaga diklat merupakan pemangku kepentingan strategis dalam upaya adaptasi perubahan iklim dan pelestarian hutan.
“Terutama karena Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan tingkat emisinya melalui skema REDD+, kita harus memastikan seluruh pihak terlibat dengan kesadaran penuh dan berperan aktif dalam mencapainya,” tambahnya.
Pada kesempatan ini, APIK Indonesia juga menyajikan Laporan Kegiatan Pertemuan Jejaring Kerja Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Lembaga Diklat se-Indonesia. Ketua APIK Indonesia, Dr. Satyawan Pudyatmoko, menjelaskan, laporan ini mempresentasikan betapa pentingnya penguatan jejaring kerja dalam mengantisipasi perubahan iklim dan mempertahankan kelestarian hutan.
“Kami mendokumentasikan berbagai capaian lokakarya yang telah diselenggarakan, mendeskripsikan peran serta program-program APIK Indonesia, strategi implementasinya, serta berbagai prioritas kegiatan di 7 regional di bawah APIK Indonesia, yaitu Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.” tegasnya.
Sebagai informasi, seminar pertama yang diselenggarakan secara bersama antara BP REDD+ dan APIK Indonesia hari ini mengetengahkan sejumlah narasumber dari berbagai universitas di Indonesia, yang mengulas topik-topik berbeda dari begitu luasnya spektrum isu perubahan iklim dan kehutanan, termasuk update mengenai kebijakan penanganan perubahan iklim internasional dan nasional.
Selain itu dibahas juga pendugaan cadangan karbon tersimpan pada ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, potensi serapan karbon pada berbagai jenis tegakan, studi potensi biomassa atas dan bawah permukaan tanah, keterkaitan modal sosial dengan pembangunan perkebunan karet rakyat, hingga kesiapan lokal dalam menjalankan REDD+.
(G09)