Jakarta (Greeners) – Komunitas Bike To Work Indonesia (B2W) mengancam akan melakukan estafet demo di kedutaan anggota-anggota negara yang tergabung dalam G20. Rencana ini akan mereka lakukan bila usulan memasukkan sepeda ke dalam agenda G20 pemerintah abaikan.
Sebelumnya, B2W Indonesia menyampaikan usulan tersebut dengan berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo dan menteri terkait tapi belum mendapat respon. Bahkan B2W Indonesia juga telah membuat petisi dan membuat gerakan #g20pahamsepeda, tapi belum juga ada sinyal hijau.
Ketua B2W Indonesia Fahmi Saimima mengatakan, aksi tersebut akan mereka lakukan agar usulan didengar para anggota-anggota yang tergabung G20. “Makanya kita mau aksi estafet demo kepada kantor kedutaan anggota G20 dan Asean,” katanya kepada Greeners, Jumat (11/3).
B2W Indonesia mengimbau kepada anggota-anggota yang terlibat dalam G20 agar mendesak pemerintah Indonesia untuk mengagendakan pembahasan tentang peran sepeda untuk isu transisi energi lestari.
Fahmi prihatin, Indonesia yang memegang Presidensi G20 kurang berkomitmen kuat sesuai target perjanjian Paris dalam pengurangan emisi. Apalagi sebagai Presidensi G20 sama sekali tak memasukkan kebaikan bersepeda ke dalam agendanya.
“Ini mengecewakan karena salah satu pilar Presidensi menyangkut transisi energi lestari (energy transitions),” ucapnya.
Sepeda Berperan Dalam Penanggulangan Krisis Iklim
B2W Indonesia menilai sepeda punya peran dalam menanggulangi dampak krisis iklim. Hal ini karena fungsinya sebagai transportasi dan mobilitas bebas emisi dan berkelanjutan. Bahkan, banyak kota di dunia yang mengadopsinya melalui kemauan politik hingga kebijakan.
“Saat negara-negara Eropa hingga Amerika membuka dan memperbanyak ruang publik bagi pesepeda, Indonesia malah sebaliknya. Justru lebih ke car centris, peradabannya makin mundur,” tegasnya.
B2W Indonesia juga sebelumnya telah mengusulkan dalam level C20 yang merupakan forum bagi berbagai Civil Society Organization (CSO) untuk membahas isu-isu yang akan dibawa ke forum G20.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin menilai, Presidensi G20 menentukan citra Indonesia khususnya di lingkungan global. Hal ini seharusnya menjadikan pembuktian sebagaimana komitmen Indonesia untuk pro green.
“Bukan sebaliknya yang cenderung mengabaikan perlindungan lingkungan yang baik dan sehat,” kata Ahmad.
Kebaikan bersepeda mampu berkontribusi untuk mengurangi beban pencemaran udara. Beban emisi pencemaran udara di Jabodetabek mencapai 19.165 ton per hari. Adapun sepeda motor sebagai penyumbang tertinggi (44,53 %), lalu bus (21,43 %), truk (17,70 %), diesel car (1,96 %), gasoline car (14,15 %) dan sisanya roda tiga.
Sementara beban emisi CO2 di Jabodetabek mencapai 318.840 ton per hari dengan bus sebagai penyumbang terbesar (45,72 %), lalu truk (33,26 %), sepeda motor (15,45 %), gasoline car (3,12 %), diesel car (2,44 %) dan sisanya roda tiga.
Kendaraan Bermotor Dominan Menyumbang Emisi
Beban emisi pencemaran udara nasional estimasi tahun 2019, yakni 39.754,51 ton per hari. Sepeda motor masih dominan menyumbang emisi, yakni 68,80 %, diikuti truk, bus dan kendaraan diesel.
Sepeda motor, sambung Ahmad bukan saja menjadi penyumbang terbesar untuk emisi, tapi juga penyedot BBM terbesar, yakni 74 % stok bensin nasional dikonsumsi sepeda motor.
“Jadi dua kali beban yang sepeda motor hasilkan. Harusnya di sinilah fungsi sepeda sebagai alternatif pengganti,” imbuhnya.
Sebelumnya, komunitas B2W Indonesia melalui akun media sosialnya menyindir aksi Presiden Joko Widodo yang mengendarai motor di Sumatera Utara dengan mengenakan jaket G20.
Unggahan di akun media sosial itu merupakan bentuk kritik atas aksi Jokowi. Mereka menilai aksi itu tidak sesuai dengan salah satu misi G20 yakni terkait transformasi energi yang lestari.
Padahal, G20 merupakan forum bagi negara-negara besar untuk membicarakan langkah-langkah dalam mengurangi emisi karbon, gas buang dan mendorong penggunaan energi terbarukan.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin