Jakarta (Greeners) – Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan komponen penting yang harus tersedia pada sebuah kota. Oleh karena itu, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, setiap kota diwajibkan memiliki RTH paling tidak 30% dari jumlah luasan kota tersebut.
Taman kota, sebagai bagian dari RTH, merupakan komponen yang paling dekat bagi masayarakat. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang enggan untuk pergi ke taman dikarenakan berbagai hal.
Pengamat Tata Kota Hijau dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga pada penyelenggaraan kampanye #AyokeTaman mengatakan bahwa taman telah terlanjur mendapatkan pandangan negatif dari masayarakat. Mulai dari taman-taman kecil yang lebih sering dipakai untuk muda-mudi berpacaran hingga kondisi taman yang kotor dan tidak diperhatikan.
Padahal, menurutnya, tanggung jawab masyarakat yang tinggal di sekitar taman menjadi penting apabila mereka (masyarakat) mau menganggap taman sebagai bagian dari kehidupan mereka.
“Image (pandangan) buruk taman itu kan hadir karena masyarakatnya sendiri enggan menjaga keindahan taman. Coba kalau taman itu dijaga dan diperhatikan, mungkin tidak akan ada kegiatan negatif di sana,” jelasnya saat ditemui dikegiatan #AyokeTaman di Taman Ayodia, Jakarta, Minggu (04/10).
Kampanye yang digagas oleh Kemitraan Kota Hijau ini sendiri bermaksud untuk mengajak masyarakat untuk kembali ke taman dengan segala macam kebaikan dan manfaat yang bisa didapatkan oleh masyarakat.
Joga berharap dengan adanya kegiatan ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, masyarakat, pedagang atau siapapun yang terlibat di dalam pengembangan sebuah taman dapat kembali menghidupkan taman-taman yang hampir “mati” di Jakarta.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Ratna Diah Kurniati, menjelaskan bahwa ada sekitar 20 persen taman yang tidak aktif di Jakarta. Sedangkan, untuk jumlah RTH yang telah ada masih kurang dari 10 persen.
“Tahun 2015 ini target kita itu 10 persennya bisa tercapai. Sedangkan untuk mencapai target 13,95 persen yang dicanangkan DKI itu masih sangat sulit. Makanya kita juga mengajak swasta untuk membangun taman karena cukup sulit kalau harus pemprov sendiri,” tambahnya.
Untuk menarik minat masyarakat, Diah menyatakan akan menambah beberapa fasilitas seperti outdoor fitnes, lapangan olah raga dan jalur jogging di beberapa taman seperti yang telah ada di taman Situ Lembang, Suropati dan Taman Menteng. Ia juga menyatakan akan menghidupkan taman-taman yang ada di daerah pinggiran jakarta seperti taman-taman yang ada di tengah kota.
Toto Sugito, Ketua Umum Bike2Work Indonesia yang ditemui di kesempatan yang sama juga mengakui bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana nikmatnya berkumpul dan berbincang di taman.
“Fasilitas seperti parkir sepeda itu kan belum ada. Saya minta ke dinas (pertamanan) untuk ada penambahan itu. Kalau sudah ada kan enak. Para pesepeda juga seperti diajak untuk pergi ke taman,” katanya.
Sebagai informasi, gerakan #AyokeTaman sendiri adalah gerakan mengajak masyarakat untuk kembali mengunjungi taman-taman kota yang dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Habitat Sedunia yang ke 29. Jakarta sendiri memiliki 1173 taman kecil dan besar. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Hanya saja, karena budaya bertaman masih sangat minim, akhirnya keberadaan taman-taman di Jakarta seperti hilang dan tidak diketahui oleh masyarakat.
Padahal, akibat buruk dari tidak diperhatikannya keberadaan taman-taman ini, akan menarik para investor untuk mengambil alih lokasi-lokasi taman tersebut. Menurut Nirono Joga, dari 1173 taman di Jakarta, hampir 50 persennya telah mati. Hal tersebut jauh lebih banyak dari perkiraan yang diutarakan oleh Dinas Pertamanan yaitu 20 persen. Pada tahun 1985 Jakarta masih memiliki 25,85 persen RTH. Namun, pada tahun 2000 menyusut menjadi sembilan persen.
Penulis: Danny Kosasih