Jakarta (Greeners) – Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI) berkomitmen untuk mendorong penyelenggara acara mengadopsi pengelolaan sampah selama acara. Isu pengurangan sampah dalam acara musik atau less waste event ini telah dibahas bersama penyelenggara acara. Ke depannya, APMI berencana untuk terus mengembangkan prinsip ini.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 tahun 2020 tentang Pengelolaan Sampah Spesifik, sampah hasil dari acara, termasuk sampah yang timbul secara tidak periodik, harus dikelola secara khusus. Sampah tersebut merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak rutin dan dapat terjadi sewaktu-waktu, seperti pada acara besar. Oleh karena itu, penyelenggara acara wajib mengelola sampah ini dengan baik agar tidak berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Ketua APMI Dino Hamid mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengelola sampah acara dengan tujuan agar sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali menjadi produk yang berguna.
Salah satu langkah dalam upaya pengurangan sampah ini adalah dengan mengelola sampah acara menjadi produk bermanfaat. Misalnya, mendaur ulang sampah dekorasi seperti banner menjadi merchandise guna ulang.
BACA JUGA: Synchronize Festival 2024 Gunakan Maggot untuk Olah Sisa Makanan
“Kami sudah memiliki rencana ke depan untuk terus mengembangkan hal ini. Jadi, kami menyambut baik adanya peraturan ini karena sesuai dengan pandangan kami,” ungkap Dino dalam wawancara dengan Greeners, Senin (23/12).
Dalam beberapa tahun terakhir, promotor musik yang tergabung dalam APMI sudah menerapkan prinsip less waste event di berbagai acara mereka. Misalnya, dengan pemilahan sampah, mengolah sampah menjadi energi, atau produk berbahan material yang bermanfaat. Beberapa acara besar yang terselenggara di bawah naungan APMI, seperti Synchronize Festival, Joyland Festival, dan Java Jazz Festival, sudah mengadopsi pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
Perluas Kolaborasi
Dino menambahkan, kolaborasi dengan berbagai pihak sangat penting untuk memperluas upaya pengelolaan sampah acara ini. Sebab, penyelenggara acara tidak bisa menjalankannya sendiri, mengingat pengelolaan sampah memerlukan investasi dan proses pengolahan yang tidak mudah.
“Proses ini membutuhkan pengembangan dari sampah yang awalnya hanya limbah, menjadi produk yang memiliki nilai dan memerlukan investasi,” jelas Dino
Di sisi lain, pengelolaan sampah event juga berpotensi menambah biaya bagi penyelenggara acara. Namun, Dino percaya bahwa biaya tersebut masih dapat terkelola dengan baik melalui kerja sama yang solid antara semua pihak terkait.
Penyelenggara Wajib Kelola Sampah
Direktur Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Novrizal Tahar mengungkapkan bahwa volume sampah non-periodik yang timbul dari acara besar cukup signifikan. Hal itu butuh penanganan yang serius.
Sampah yang timbul dari acara berskala besar, seperti acara musik atau olahraga, berpotensi menambah beban TPA karena volume sampah pada acara cukup besar. Apalagi, Indonesia sering menjadi tuan rumah berbagai kegiatan nasional maupun internasional yang berpotensi menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
Ia berharap penyelenggara acara dapat mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi dampaknya pada lingkungan. Menurutnya, prinsip less waste event ini menjadi solusi untuk mengurangi dampak negatif dari sampah acara.
BACA JUGA: Maggot Lumat 0,5 Ton Sampah Organik Java Jazz Festival 2023
Novrizal menekankan bahwa penyelenggara acara berperan sebagai aktor utama yang bertanggung jawab untuk mengelola sampah yang dihasilkan selama acara berlangsung.
“Penyelenggara acara wajib menerapkan less waste event. Melalui peraturan KLH ini, pengurangan sampah akan menjadi kewajiban bagi penyelenggara acara olahraga, musik, otomotif, dan lainnya,” jelas Novrizal.
Selain itu, Novrizal juga menyarankan penyelenggara acara untuk menggunakan konsep reusable (guna ulang) selama acara. Praktik ini mampu mengurangi jumlah sampah sejak dari sumber.
Namun, penerapan prinsip less waste event ini tidak tanpa tantangan. Dino menyebutkan bahwa mengelola sampah acara begitu kompleks, mulai dari perizinan hingga isu-isu lain yang muncul selama acara berlangsung. Tantangan tersebut memerlukan perhatian besar agar penyelenggara bisa mengelola sampah secara efektif.
Meski begitu, ia mengapresiasi beberapa promotor acara yang telah menerapkan pengelolaan sampah yang baik, meski memerlukan perhatian khusus. Dino berharap praktik baik ini dapat menjadi contoh bagi promotor lainnya untuk mengikuti langkah serupa.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia